Langsung ke konten utama

Senam Lansia

Tumpukan hadiah yang saya dan istri bawa pulang dari kegiatan lomba 17-an. Ada hadiah door prize dari sponsor Diabetasol untuk lomba joget seru-seruan.

Pagi tadi, kali pertama saya berdua istri ikut senam lansia. Sejak jauh sebelum pandemi Covid-19, setiap lewat depan Klinik Angsa Putih, pertokoan Springhill, BKP, pada hari Minggu pagi ada orang sedang senam.

Ketika wabah Covid-19 melanda, kan, nggak boleh ada kerumunan. Setop, deh, ibu-ibu dan sedikit ada bapak-bapaknya melakukan aktivitas senam. Sejak beberapa pekan lalu, saya lihat aktivitas senam kembali aktif.

Istri saya didaftarkan hoping-nya. Lah, masak saya cuman mengantar doang ke lokasi. Apa gak sebaiknya sekalian ikut. Maka, pagi tadi berdua istri memulai ikut senam lansia. Saya baru mendaftar dan bayar donasi.

Donasi gunanya untuk membeli hadiah lomba 17-an. Setelah senam pagi tadi, dilanjut lomba. Ada empat tangkai lomba, memindahkan sarung, makan kerupuk, joget balon, dan memindahkan kardus. Seru-seruan.

Bah, Lae. Seumur-umur saya nggak pernah ikut lomba 17-an di RT, pagi tadi kejadian, deh, saya ikut lomba. Hasilnya, kelompok kami juara harapan II dua tangkai lomba, juara harapan I di dua tangkai lomba lainnya.

Hadiahnya perkakas dapur semacam wadah untuk bawa bekal, botol wadah air minum, wadah apalah semacam Tupperware, gitu. Saya mendapat empat piece’s hadiah, istri saya juga mendapat empat piece’s.

Saya juga dapat hadiah door prize dari sponsor untuk kegiatan joget seru-seruan. Dipilih secara acak dari semua peserta yang paling heboh dan dianggap seru. Saya satu beruntung. Luna Maya, eh, lumayan, ding



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...