Langsung ke konten utama

Di Bawah Kibaran Purnama


Malam ini bulan bulat bundar. Purnama di awal Agustus menyinari kibaran bendera di depan rumah yang pagi tadi saya pasang. Sejak beberapa tahun terakhir—persisnya sejak kapan saya lupa—karena tidak mencatat sehingga tidak ingat secara pasti.

Dalam rangka menyambut dan memperingati hari kemerdekaan RI, mengibarkan bendera tidak lagi hanya cukup satu hari saja, pasang pagi hari tanggal 17 Agustus dan ‘mencopotnya’ di sore hari seperti halnya yang biasa dilakukan di Istana Negara setiap tahun.

Ya, saya lupa persisnya sejak kapan, warga diimbau mengibarkan bendera selama satu bulan penuh (1—31 Agustus). Tetapi, berkat Google, apa yang kita tidak tahu bisa dilacak di situs pencarian yang jenius itu. Jawabnya pasang bendera satu bulan sejak tahun 2017.

Subuh tadi Pak RT meng-share di WAG RT surat edaran Wali Kota berdasar surat Kementerian Sekretariat Negara (Kemensekneg) RI tentang partisipasi menyemarakkan peringatan HUT ke-78 RI dan hal-hal yang berkenaan dengan pengibaran bendera itu.

Maka, pagi tadi saya ikatkan bendera di ujung galah bambu yang sudah sekian tahun ini bersetia menjadi ‘petugas’ mengadang desauan angin lalu mengibarkan bendera. Malam ini bendera tadi melambai-lambai di bawah kibaran purnama. Dalam kesendiriannya.

Di lorong jalan (kami menyebut gang buntu), baru di depan rumah kami bendera dikibarkan, tetangga lain belum tergerak. Jadi, sebuah keberuntungan bendera yang pagi tadi saya pasang-kibarkan, malam ini kuyup ‘bermandikan’ cahaya purnama yang kemilauan.

Tahun lalu, di samping bendera juga ada umbul-umbul. Selesai masa pemasangan satu bulan “agustusan” lalu umbul-umbul dikumpulkan kembali untuk disimpan di rumah ketua RT. Sampai keluar lagi tahun depan. Entah apa pasal kok tahun ini belum dibagikan kepada warga.


Merdeka!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...