Jambu Depan Rumah [1]
Sebatang pohon jambu
biji merah depan rumah sudah beberapa malam ini dicumbu angin. Suara ranting
dan dedaunan bergesekan dengan atap asbes, timbulkan kengerian tersendiri.
Timbul niat ingin memaprasnya.
Begitu pagi tiba dan
siang meninggi, niat memapras ikut menguap. Sayang rasanya, rimbun dedaunannya
begitu besar faedahnya di musim kemarau ini. Bisa menabiri deraan terik,
suasana lingkungan jadi sejuk.
Tetapi, begitu malam
tiba, timbul lagi berisik akibat gesekan daun dan ranting dengan asbes. Timbul
lagi keinginan memaprasnya keesokan hari. Seperti malam ini, terpaan angin kencang
sekali, berisik dan ngeri.
Apa sebaiknya
keinginan untuk memaprasnya, besok siang saya eksekusi saja, ya? Kalau iya
besok siang jadi saya eksekusi, besok malam Angin Laut pasti merasa kehilangan
apa yang setiap malam dicumbunya mesra.
Rumah kami menghadap
ke arah selatan, lebih banyak mendapat tiupan angin. Karena baik Angin Laut,
Angin Tenggara (Muson Timur), Angin Barat Daya (Muson Barat) senantiasa kencang
bertiupnya ke arah rumah.
Saat ini, antara
Juni—September, adalah musim Angin Tenggara (Muson Timur) sehingga Angin Laut
terasa kencang di malam hari. Pepohonan yang tinggi seperti jambu biji di depan
rumah akan dicumbunya mesra.
Di masa musim Angin
Tenggara begini, muncul musim layang-layang. Sudah berapa layang-layang putus
yang singgah di pucuk jambu biji depan rumah. Anak-anak yang mengejarnya segera
lompat memanjat batangnya.
Dengan galah bambu
mereka gapai itu si layang-layang. Saling merebutkan. Layang-layang bukannya
tergapai, melainkan yang terjadi justru robek dan rusak. Suara heboh mereka
juga menimbulkan keberisik tersendiri.
Komentar
Posting Komentar