Diam-diam Bersemayam

Kembali lagi ke pemakaman ini

Lebih 40 hari kuhitung dari tetangga belakang rumah meninggal, deretan makam sebaris dengannya, bapak yang tadi malam berangkat, menempati liang lahad ke-12.

Menegaskan bahwa kematian begitu dekat begitu cepat. Deretan makam akhirnya cepat bertambah, lahan pemakaman kian susut, kaveling kian tereduksi.

Kembali lagi ke TPU BKP mengantar orang tua kolega istri yang tadi malam berpulang. Dari wafat satu ke wafat lainnya, perputaran arloji dan langkah kaki beriringan.

Takziah di rumah sahibul musibah adalah salah satu medium bertemu dan mengobrol dengan jiran tetangga. Medium lainnya gedung serba guna saat menghadiri undangan.

Selain tentu saja masjid saat salat berjamaah. Saat bertemu dan mengobrol terapung banyak cerita. Ada keluh kesah tentang penyakit yang diderita. Jarang masalah sukacita.

Begitulah, saat bahagia dengan kejadian menyenangkan, belum terasa kalau di dalam tubuh ada tamu diam-diam bersemayam membersamai hari-hari berlalu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan