Guyub Rukun Tetangga

Suasana di depan rumah duka

Sepenggal kabar duka lewat WA diterima istri, bakda Isya, bunyinya, "Bapak udah nggak ada". Antara yakin dan ragu, istri menelepon temannya. Si teman ternyata belum tau karena memang belum dikirimi pesan yang sama oleh teman mereka yang kehilangan bapak.

Saya langsung menelepon teman yang rumahnya di Blok tersebut. Saya tanya apa ada yang meninggal di sana? "Iya memang benar, bapak fulan, katanya menyebut nama almarhum. Bapak dari guru di SMP 28, cewek," katanya menambahkan. Oh, berarti benar.

Kami berdua istri siap-siap untuk ke rumah sahibul musibah, teman istri yang kehilangan bapak. Istri duluan berangkat disamperin temannya yang tadi diteleponnya. Saya menyusul kemudian. Kami mempersiapkan menyambut jenazah dar RS.

Tidak sampai setengah jam kami di rumah duka, raung ambulan mendekat dan berhenti di depan rumah. Jenazah diturunkan dan disemayamkan di ruang tamu. Warga se-rukun tetangga menyiapkan tarup yang kebetulan terpasang di dekat situ, habis dipakai tahlilan.

Rumah duka yang sekarang hanya berjarak dua rumah dengan rumah duka sebelumnya tempat tarup tadi terpasang. Warga tidak perlu membongkar dan pasang ulang, cukup menggeser dengan cara mengangkat tiangnya beramai-ramai ke depan rumah duka.

Begitulah guyub rukun tetangga. Bukan hanya menggeser tarup yang jadi kesibukan, melainkan juga memasang lampu besar dan terang. Besok pagi kesibukan selanjutnya menyiapkan pemakaman almarhum. Dilanjutkan tahlilan pada malam harinya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan