Literasi dan Rekreasi

Toko buku Makarya, lantai satu Gramedia Matraman, Jakarta Timur. (foto: Tia Agnes/detikcom)

Di postingan
blog kemarin, saya singgung perihal ‘kafe buku’, yaitu kafe yang nyambi jualan buku atau sebaliknya toko buku yang nyambi buka kafe. Kolaborasi dua hal yang disenangi anak muda, baca buku sembari ngopi atau sebaliknya ngopi sambil baca buku. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Malang, dan Surabaya sangat banyak ‘kafe buku’ tempat nongki yang asyik.

Di Perum Bukit Kemiling Permai ada ‘pustaka kopi’ yang sayangnya sudah tidak aktif lagi. Entah mengapa kok belakangan ini saya lihat suwung. Padahal, sebelum-sebelumnya sempat ramai pengunjung yang kongkow, walaupun saya perhatikan saat lewat, tidak ada aktivitas baca buku yang mereka lakukan. Hampir semua tenggelam pada gawai masing-masing, main game, chatting atau sekadar browsing.

Di lantai 1 toko buku Gramedia Matraman, Jakarta Timur, sejak 11 Januari lalu dibuka toko buku mini Makarya yang dipadukan dengan kedai kopi Smiljan. Belum satu bulan beroperasi tapi pengunjungnya sudah ramai. Bukan ngopi atau cari buku yang jadi tujuan pengunjung, melainkan memanfaatkan ruang nyaman untuk bekerja sambil ngopi atau bercengkerama dengan besti sefrekuensi.

Waktu singgah rehat di Jakarta sepulang dari menghadiri JSAT di Banyuwangi akhir Oktober 2024 silam, bersama istri dan anak ragil ke sebuah mal, saya perhatikan semua kedai kopi penuh pengunjung yang masing-masing menghadapkan wajah ke layar laptop. Tentu mereka adalah pekerja kantoran yang WFH atau sepulang kerja tidak langsung ke rumah, tapi mampir dahulu untuk ngopi sebentar.

Pulang kerja saat weekend apalagi habis gajian, kebiasaan karyawan di Jakarta adalah ngemal. Masih dengan dress code kantor dan name tag menggantung di leher, mereka blusukan di pusat perbelanjaan atau mengantre di gerai makanan cepat saji. Begitu trik yang mereka lakukan untuk berkelit dari belit kemacetan di jalan saat jam pulang, jeda sejenak di mal.

Setiap mal besar di Jakarta, niscaya toko buku Gramedia ada di dalamnya. Dengan konsep pembagian ruang dan tata letak rak buku yang didesain modern (instagramable), pengunjung akan betah berlama-lama. Ada 6 toko buku yang instagramable di Jakarta, yaitu; Gramedia di Grand Indonesia, POST Bookshop, Transit Bookstore, Lorong Buku Batavia, Pasar Kwitang, dan Blooks. Cobalah main ke sana.

Berkolaborasinya Gramedia dengan Smiljan Coffee adalah bermula ketika Immaculata Adhista (Staf Business Development Grup Penerbitan Gramedia), Tomi Wibisono (CEO Buku Akik), dan Rahmat (pemilik Smiljan Coffee yang punya kecintaan terhadap buku), ber-omon-omon dan menyadari bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap buku mulai menurun. Sebuah fakta membagongkan.

Mereka berpikir, apa sih yang membuat orang itu mau kembali lagi ke buku? Maka lahirnya kolaborasi yang mereka gagas itu, bertujuan menciptakan pengalaman membaca yang lebih menyenangkan dengan adanya kopi. Makarya dikonsep bukan seperti toko buku umumnya yang hanya mengutamakan nilai transaksional, melainkan untuk meningkatkan literasi dan rekreasi (healing). Begitu agaknya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan