Modus PHK
![]() |
ilustrasi 'demi efisiensi' |
Dampak pandemi Covid-19 (2020--2022) yang membuat UMKM rontok, menyisakan histeria psikologis di tataran masyarakat marginal yang mengais rezeki dengan mengasong. Sementara di sektor industri besar, dengan terpaksa, juga merumahkan karyawan, memunculkan pengangguran.
Pengangguran intelektual dari kalangan fresh graduate, tak terbilang bejibun. Satu periode wisuda jika
300—600 orang dan dikalikan dengan ratusan perguruan tinggi, betapa
membeludaknya angkatan kerja yang berkompetisi. Kompetensi masing-masing yang
akan menentukan.
Siapa di antara ribuan pencari kerja yang akan jadi pemenang terpulang
pada kemampuan individu masing-masing. Sementara peluang kerja yang tersedia
semakin merosot jumlajnya. Industri raksasa sekelas Microsoft dan Meta saja
mengurangi karyawan, apalagi industri menengah.
Modus PHK yang Meta lakukan adalah dengan alasan kinerja. Karyawan yang dinyatakan
punya ‘kinerja buruk’ mau tidak-mau harus menerima kenyataan pahit, ‘dibuang’
dari kemapa nannya di zona nyaman. Dengan menggunakan ‘modus baru’ itu, kebijakan
PHK akan berjalan mulus.
Karyawan Meta yang digolongkan punya ‘kinerja buruk’ itu bukan hanya
berkisar puluhan atau ratusan orang, melainkan 3.600 orang. Karena sebanyak itu,
ada di antara yang di-PHK bertanya-tanya, apa benar semuanya punya ‘kinerja
buruk?’ Sepertinya mustahil juga. Tapi, entahlah.
‘Efisiensi Anggaran
Sementara, pemerintahan Prabowo menggunakan narasi ‘efisiensi anggaran’
sebagai modus. Itulah yang membuat beberapa instansi (badan usaha) memutus
kontrak kerja karyawannya. Viral di TikTok dan platform media lain curhatan karyawan RRI dan TVRI yang kena PHK.
Di samping ‘efisiensi anggaran’ sehingga berdampak PHK pada karyawan
kontrak atau honorer, Presiden Prabowo menunjuk 50 influencer untuk dijadikan
staf di berbagai bidang, mereka telah dilantik oleh Kepala Kantor Komunikasi
Kepresidenan, Hasan Nasbi, Selasa (11/2/2025).
Dua kenyataan pahit yang bikin ngilu ulu hati. Satu sisi karyawan
kontrak diputus kontrak kerjanya, sisi lainnya puluhan selebritas atau influencer yang pada dasarnya mapan,
diangkat menjadi staf khusus. Sungguh kebijakan yang kontradiktif. Betapa ironisnya.
Tapi, begitulah konoha.
Komentar
Posting Komentar