Menanti JSAT 2024
Seperti yang sudah saya
singgung pada tulisan berjudul “Syarat Tanpa Tapi” bahwa mengikuti sayembara
menulis puisi dengan tema yang ditentukan, bukanlah hal yang mudah, bukan juga
hal yang mustahil tidak bisa. Perlahan dilakukan pasti bisa diselesaikan.
Mengikuti even JSAT
2024, yang tema puisi “Ijen Purba: Tanah, Air, Batu", para peserta boleh mengirim 3 judul puisi. Malam ini pukul 23:59 adalah deadline pengiriman. Saya sudah mengirim pada 23 Juli lalu,
sebanyak 3 judul puisi, panjang-panjang.
Entah mengapa, saya
sejak kenal puisi dan mencoba menuliskannya, selalu panjang-panjang. Cara penulisan
juga bergaya seperti bercerita, ada keterkaitan antara larik satu dengan lainnya.
Bukan mencampurbaurkan berbagai diksi dalam satu kalimat sungsang.
Satu bulan (hingga 30 Agustus)
ini masa kurasi oleh tiga kurator, yaitu Wayan Jengki Sunarta, Mutia Sukma, dan Mahwi Air Tawar. Waktu even Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2023,
18—22 Oktober 2023 silam, saya bertemu Wayan Jengki Sunarta dan penyair lainnya.
Kami ngopi bareng di Sagitarius Inn, Ubud. Hotel tempat kami menginap, tiap pagi datang kawanan monyet dari Monkey Forest, kurang lebih 1 kilometer jaraknya. Wajar jadinya kawanan monyet itu berkeliaran keluar habitatnya, bergelayutan di kabel listrik.
Ada Sunlie Thomas Alexander juga. Pada even HUT ke-62 RSUP
Sanglah, satu puisi saya lolos kurasi oleh I Wayan Jengki Sunarta dan Made Adnyana Ole. Beberapa penyair
Lampung juga lolos dan puisinya tergabung dalam buku “Suatu Hari Dari Balik
Jendela Rumah Sakit.”
Komentar
Posting Komentar