Pertempuran Karbala

Nuansa di dalam terop (tarup)

Hajatan bulan Muharam siang tadi kami undangan. Seperti dikatakan ustaz Ismunandar pada peringatan menyambut bulan Ramadan di masjid 10/7 lalu bahwa di Lampung tidak ada tabu, pamali atau pantangan hajatan di bulan Muharam.

Faktanya, yang kami hadiri siang tadi, akad dan resepsi. Di tempat lain sepertinya sama saja. Artinya, tidak di kota tidak di desa selagi bukan etnis Jawa tidak memperhitungkan hal-hal yang di luar kelaziman. Masyarakat Jawa sepertinya sebuah kekecualian.

Mengapa masyarakat Jawa menghindari hajatan bulan Muharam? Karena menghormati peristiwa pertempuran pasukan Rasulullah SAW di Karbala. Pada tragedi itu Rasulullah SAW begitu sedih karena cucunya Hasan dan Husen hampir terbunuh.

Pertempuran Karbala terjadi pada 10 Muharam 61 H atau bertepatan dengan 10 Oktober 680 M. Peristiwa itu disebut dengan Hari ‘Asyura (disunahkan unuk berpuasa). Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW keutamaan puasa ‘Asyura.

Ini nukilan hadisnya, “Diriwaakan dari Abu Qutadah ra: sungguh Rasulullah SAW bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari ‘Asyura, beliau lalu menjawab: ‘Puasa ‘Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat.’” HR. Muslim. (Monggo siapa yang pengin).

Tanggal 9 Muharam atau satu hari sebelum hari ‘Asyura disebut hari Tasu’a. Tidak hanya pada hari “Asyura saja, pada hari Tasu’a pun disunahkan berpuasa. Jadi, puasa sunah di bulan Muharam itu dua hari, yaitu Tasu’a dan ‘Asyura (9 dan 10 Muharam).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan