Langsung ke konten utama

Zonasi Prestasi

Ilustrasi PPDB Jalur Prestasi. (image source: YouTube Disdik Jabar)

Gadis kecil yang waktu ibunya meninggal dahulu dia kelas 3 SD, kini sudah lulus SMP. Bertahun dia membutuhkan waktu buat menata diri sebagai anak yang sedang senang-senangnya atau gandrung bermanja-manjaan dengan ibu, tiba-tiba ibunya pergi selamanya.

Kendati hari ini di Senin tanggal 2 Juni baru diumumkan hasil ujian sekolah, tetapi acara perpisahan sudah dilakukan dari sejak dua pekan silam pertengahan hingga akhir Mei. Betapa senang anak-anak menyelesaikan satu fase atau satu jenjang pendidikan mereka.

Yang dari PAUD/TK akan melanjut ke SD, yang dari SD akan masuk ke SMP, yang lulus SMP ke SMA, dan yang tamat SMA akan mengganti status pelajar jadi mahasiswa. Meski ada juga yang berhenti di jenjang SMA lalu kasak-kusuk membawa map coklat mencari kerja.

Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang kian tinggi karena naik saban tahun membuat susah sungguh menggapainya. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berstatus berbadan hukum (PTN-BH), badan layanan umu (PTN-BLU) atau satuan kerja (PTN-Satker) memiliki otonomi.

PTN-BH dengan otonomi penuh, beroperasi seperti BUMN. Mereka miliki kemandirian dalam pengelolaan keuangan, sumber daya manusia, dan program studi. Membangun usaha untuk sumber keuangan. PTN-BLU memiliki otonomi lebih rendah dari PTN-BH.

PTN-BLU ada kemampuan untuk mengelola pendapatan non-pajak secara otonom, mirip dengan pengelolaan rumah sakit milik Negara. PTN-Satker adalah perguruan tinggi negeri di bawah Kementerian. Otonomi mereka terbatas karena pendapatan sepenuhnya dari SPP/UKT.

Hasil pembayaran SPP/UKT mahasiswa, oleh universitas berstatus PTN-Satker mesti disetor ke kas negara terlebih dahulu sebelum dapat digunakan. Jadi, terbayang kan mengapa UKT mahal? Karena ruwetnya aturan untuk dapat menggunakannya. Namanya otonomi terbatas.

Kembali ke gadis kecil di atas, dia lulus dari SMP pavorite yang dulu gedung sekolahnya di Pahoman kemudian direlokasikan ke Jalan Pramuka. Karena sistem zonasi, rumah si gadis kecil di BKP, membuat dia ketiban berkah bisa sekolah di situ atau mungkin via jalur khusus.

Jikalau di SPANDA dia memiliki prestasi yang bagus, ada kemungkinan bisa ke SMANDA. Ada dua orang kakak beradik dari SPANDA di BKP bisa ke SMANDA kendati di luar zonasi. Jalur prestasilah yang bisa mengantarkan keduanya ke Jalan Amir Hamzah itu lalu kuliah di ITB.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...