Langsung ke konten utama

Musim PPDB

Dahulu sewaktu mengampu sebagai ghost writer kolom “HMI Numpang Liyu” saya menyematkan kritik, mbok yao SMPN 2 dan SMAN 2 itu jangan disusupkan calon siswa baru melalui jalur biling sebab dikhawatirkan merusak ekosistem belajar. Soalnya, rata-rata yang diterima di sekolah favorit itu adalah anak-anak yang di SD/SMP asal mereka memiliki nilai akademik bagus.

Sementara bila dicampurbaurkan dengan anak yang nilai akademiknya kurang bagus, tapi bisa diterima melalui jalur biling, bisa membuat kredibilitas SMPN 2 dan SMAN 2 sebagai sekolah favorit akan turun karena dipengaruhi tingkat prestasi sekolah secara umum. Tapi, apalah arti kritik bagi kepala daerah yang keras kepala dan antikritik.

Ibarat aforisme anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. Seperti itulah yang terjadi. Apa lacur, di sekolah favorit itu masuk siswa jalur biling dengan bekal nilai akademik ora nggenah di sekolah asalnya. Rusaklah brand sebagai sekolah favorit di kedua sekolah itu. Sesudah biling terbitlah sistem zonasi, tambah runyam masalah.

Suasana rapat membahas persoalan kisruh SPMB di SMAN 2 Bandar Lampung, Kamis, 19 Juni 2025. (foto: ist melalui rmollampung.id

Musim PPDB kini. Di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, menteri pendidikan dasar dan menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. mengembalikan sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang kini disebut sistem penerimaan murid baru (SPMB) yang memiliki beberapa perubahan. Perubahan utama adalah dari sistem zonasi menjadi sistem domisili, serta penambahan jalur afirmasi, prestasi, dan mutasi.

Mengutip rmollampung.id, terjadi kisruh proses penerimaan murid baru di SMAN 2 Bandar Lampung, buntutnya 20 warga Kelurahan Gotong Royong mendatangi sekolah itu, Kamis, 19 Juni 2025. Mereka menyoal ketidakadilan dalam proses PMB lewat jalur domisili. Kepala SMAN 2, Sevensari, S.Pd., M.M. bersama Kadisdik Provinsi Lampung Thomas Amirico, S.STP menerima mereka di ruang rapat.

Hadir pula tokoh masyarakat Kelurahan Gotong Royong Azwar Yacub, Agoes Raden Astro, Usman Berliansyah, A. Sani Periwan-sah, dan beberapa orang perwakilan warga RT Gotong Royong. Pertemuan pada pukul 11 itu berjalan alot itu disaksikan anggota TNI dari Kodim 0410/Kota Bandar Lampung dan anggota Kepolisian dari Sat Intelkam Polda Lampung untuk menjaga situasi agar rapat berjalan kondusif dan menghasilkan terbaik.

Dalam peraturan menteri pendidikan, kuota penerimaan jalur domisili (30 persen), jalur afirmasi berbeda di setiap jenjang, untuk SMP minimal 20 persen, jalur prestasi juga berbeda setiap jenjang, untuk SMP minimal 25%, dan jalur mutasi maksimal 5 persen. Mengapa sampai terjadi kisruh dalam proses PMB? Tentu tidak lepas dari diberlakukan perubahan peraturan. Bisa juga karena ada miskomunikasi antara sekolah dan warga.

Maka, dalam peraturan menteri yang baru itu, menekankan bahwa pentingnya warga masyarakat memahami dengan baik jalur penerimaan yang sesuai dengan kondisinya. Warga yang berdomisili dekat satu sekolah, seperti warga Kelurahan Gotong Royong yang dekat SMAN 2, misalnya, harus paham bahwa di samping domisili, SMAN 2 lebih mendahulukan nilai sebagai patokan utama.

Berpedomani pada nilai yang lebih utama sebagai kriteria diterima atau tidaknya calon murid, kendati rumahnya bersebelahan dengan sekolah bersangkutan, jika nilainya tidak memungkinkan untuk diterima, maka harus menerima kondisi tersebut. Lebih-lebih untuk menjaga mutu sekolah tersebut, misalnya SMPN 2 dan SMAN 2, menerima murid yang memiliki nilai bagus adalah keniscayaan sebagai acuan yang strategis.

Dahulu, penerimaan siswa berdasarkan tes masuk, yang diterima di SMPN 2 anak-anak dari SD Teladan, SD Al-Kautsar, SD Al-Azhar, SD Persit, dan dari luar daerah yang lulus tes. Yang diterima di SMAN 2 adalah lulusan SMPN 2, SMPN 1, SMPN 4, SMPN 9, SMP Al-Kautsar, SMP Al-Azhar, SMP Persit, dan SMP lainnya termasuk dari luar daerah. Setelah itu, sistem tes berganti dengan sistem NEM, jalur biling dan perubahan lainnya.

Sistem zonasi (sekarang disebut domisili), sangat menguntungkan warga di dekat sekolah berada. Tapi, nilai akademik yang lebih utama, mau tidak-mau calon siswa yang nilainya di bawah ambang minimal, mesti menerima kenyataan apabila tidak diterima. Pahit memang, beralamat dekat sekolah itu, tapi tidak bisa masuk karena nilainya tidak memenuhi syarat yang ditentukan sesuai peraturan menteri pendidikan dasar dan menengah.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...