Langsung ke konten utama

Memadamkan Penasaran

Akhirnya buku esai “Membangun Lampung dengan Kearifan Lokal” kiriman dari Perpusnas RI tiba di Lampung. Dikabarkan Jauza Imani di WAG “Workshop Esai ILPN Lpg” tadi malam. Wah, girang alang kepalang kami 15 orang penulis esai yang terhimpun di dalam buku ini. Buku ini di-launching Perpusnas Press 3 Agustus 2024.

Betapa panjang sejarah buku ini. Bermula dalam rangka Inkubator Literasi Pustaka Nasional (ILPN) Lampung 2023, Perpusnas Press bekerja sama dengan Dewan Kesenian Lampung (DKL) mengundang penulis di Lampung untuk ikut lomba menulis esai bertema “Membangun Ruwa Jurai dengan Kearifan Lokal Lampung.”

Tumpukan buku dan kaos yang baru saja tiba di Lampung. (foto: Jauza Imani)

Pengumpulan naskah (10 Juni–15 Juli 2023), penjurian (16–25 Juli 2023), pengumuman 15 naskah (27 Juli 2023), workshop penulis esai (3 Agustus 2023), revisi naskah (self editing) 6–13 Agustus 2023, pengumuman 3 terbaik (15 Agustus 2023). Senang dan bangga Provinsi Lampung mendapat kesempatan bersama 19 daerah di Indonesia. 

Inkubator Literasi Pustaka Nasional adalah program kepenulisan Perpustakaan Nasional RI yang diinisiasi oleh Perpustakaa Nasional Press. “Inkubator literasi merupakan salah satu upaya untuk mendorong terwujudnya masyarakat literat yang ditandai dengan lahirnya penulis-penulis di daerah,” kata Edi Wiyono, Pimpinan Redaksi Perpusnas Press.

Ketika sejak di-launching 3 Agustus 2024, itu apakah penulis esai akan kebagian satu-satu buku ini, informasinya minim kalau tidak mau dikatakan nihil. Rasa senang menjadi bagian dari 15 penulis esai, sementara saya tahan. Tapi, sampai berganti tahun, hingga 2025 tak ada tanda-tanda buku ini akan bisa dipajang di rak buku, membuat penasaran.

Nah, senyampang saya menghadiri puncak perayaan Hari Puisi Nasional di Teater Kecil, Pusat Kegian Seni Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 29 April 2025, guna memadamkan penasaran yang menyala di dada, saya ke Perpusnas RI untuk mencari info seandainya bisa mendapatkan buku ini. rupanya di sana hanya meminjamkan, tidak menjual.

Ketika tadi malam dikabari Jauza Imani bahwa buku beserta kaos telah sampai di Lampung dan siap didistribusikan ke semua penulis, dewan juri, dan parapihak lain di Dewan Kesenian Lampung atau mungkin juga Akademi Lampung. Senang banget rasanya. Penasaran yang kucoba padamkan, mendapat buku ini, akhirnya bisa padam.

Ini adalah tulisan keenam yang membahas even lomba menulis esai tema Membangun Ruwa Jurai dengan Kearifan Lokal Lampung yang terpublikasi di blog ini. Tulis pertama (15/7/2023), kedua (18/7/2023), tulisan ketiga (27/7/2023), keempat (15/8/2023), dan kelima (14/3/2024). Silakan ditilik pada label "esai ruwa jurai" apabila terpikat membacanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...