Langsung ke konten utama

Utak-Atik Tema

Menelusuri ulang postingan blog ini dari titimangsa bertahun silam, setelah aku mengubah tema, ternyata yang tidak dihias foto ilustrasi di atasnya, lead tulisan membentuk drop cop pada huruf kapital di kata awal, menampakkan dirinya paling besar sehingga menonjol pada sebaris kalimat berwarna terakota. Jadi suka pada tema ini.

Berkali ulang aku utak-atik tema. Merasa tidak sreg dengan tema yang dipilih, aku balikkan lagi ke tema sebelum diubah. Pernah mencoba tema awal waktu dibuatnya blog ini, waduh... deretan label tampil memanjang sebanyak-banyaknya label. Aku coba berhenti memberi label dan mengembalikan pada tema blog sebelumnya. Yaitu contempo light.

Pernah, saat blusukan ke blog tetangga, aku lihat tampilan drop cop di awal kalimat. Aku begitu tertarik dan membatin bagaimana cara agar bisa aku aplikasikan pada blog yang kupunya? Setelah mencoba tema ini dan menelusuri ulang postingan usang, eh... ternyata muncul drop cop pada postingan yang tidak bersolek dengan ilustrasi.

Waktu kerja di koran, sering sekali membentuk drop cop pada kata di awal kalimat untuk rubrik feature, opini, kolom, dan esai. Pada sistem operasi Adobe Pagemaker ada petunjuk cara membuatnya. Adobe InDesign pun punya. Semuanya memang dirancang untuk mempercantik layout buku, koran, tabloid, brosur, dan kertas kerja lainnya jadi lebih menarik.

Cerdas benar si pencipta fitur-fitur desain yang dibenamkan dalam perangkat keras bernama Macintosh. Kini, era Macintosh sudah berlalu. Perangkat keras pengganti diciptakan dengan model dan fitur-fitur yang lebih canggih lagi. Laptop berbagai merek dan spek saling bersaing. Jenama Apple dengan MacBooks sejauh ini paling unggul.

Chromebook yang ditengarai jadi bancakan korupsi pengadaan laptop pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di era menteri Nadiem Anwar Makarim, sudah menemukan oknum tersangka. Korupsi selalu jadi 'tema' paling menarik untuk ditulis dan didiskusikan di siniar (podcast).

Tema yang terpasang di blog ini sekarang


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...