Tentang Sebuah Pelajaran
Malam Minggu menghadiri
haul suami ayunda sepupu yang berpulang 3 Juni 2023. Lumayan banyak undangan
yang hadir, jiran tetangga, kerabat dari kampung halaman Kedondong, Depok, Jakarta, Tangerang,
dan tentu saja keluarga dan kerabat dari para menantunya.
Semua anak, mantu, dan
cucunya kumpul. Tentu menambah ramai suasana rumahnya yang besar layaknya rumah
pejabat warisan Orde Baru. Jabatan sebagai kepala kanwil mulai dari kabupaten dan naik
ke provinsi yang dirintis mulai dari pegawai rendahan.
Garis tangan, nasib, dan koneksi adalah tiga hal penting yang berpengaruh dalam meraih kedudukan di era pemerintahan Orde Baru. Memang korupsi tidak segila era sekarang, tetapi kolusi dan nepotisme begitu hebat. Siapa yang ingin kariernya maju kudu melu edan.
Siapa yang pengin mulus jalan jadi abdinegara mesti mantap koneksi dan gratifikasi. Apalagi nepotisme, lebih membuka peluang. Era kini lebih brutal, diciptakan regulasi agar anak dan kerabat lebih lempang jalan menduduki kursi kekuasaan melalui tangan dingin bapaknya.
Saat pegang jabatan
banyak yang datang, tetapi setelah tiada tinggal sedikit yang datang. Terutama mereka
yang pernah ditolong. Di masa sakit pun bisa dihitung jari siapa saja yang
datang menjenguk. Sebuah fenomena yang susah dijelaskan, namun jadi kegaliban.
Bukan hanya tahlil,
melainkan juga tausiah ustaz dari Talangpadang perihal kematian. Mengambil kisah Utbah Al-Ghulam dengan mensitir QS. Al-Hadid [57] : 16 dari seorang yang
fasik berputar 360o menjadi seorang wali di akhir kisahnya setelah dirinya bertobat.
Tobatnya Utbah
Al-Ghulam setelah ikut hadir dalam majlis pengajian Syekh Hasan Al-Bishri. Penjelasan
tafsir Surah Al-Hadid 16 oleh Syekh Hasan Al-Bishri begitu menyentuh semua
yang hadir di majlis tersebut, termasuk salah satu di antaranya Utbah Al-Ghulam yang fasik itu.
Tentang sebuah pelajaran yang menyentuh hati Utbah Al-Ghulam dari Syekh Hasan Al-Bishri adalah balasan bagi orang fasik yaitu neraka syi’ir. Namun, Utbah terhibur karena sefasik apa pun dirinya, berapa banyak dosa, apabila ia bertobat niscaya Allah SWT terima.
Sekh Hasan Al-Bishri
meyakinkannya bahwa Allah Yang Maha memaafkan akan menerima tobatnya. Maka,
bertobatlah Utbah Al-Ghulam, ia tinggalkan kemaksiatan, ia tingkatkan takwa serta ibadah kepada Allah dan jadi orang yang paling dekat dengan Syekh Hasan Al-Bishri.
Kedekatannya dengan
Syekh Hasan Al-Bishri dan ketaatannya kepada Allah SWT, maka di akhir kesempurnaan hidupnya Utbah menjadi seorang waliullah yang kisahnya ditulis begitu panjang dalam kitab
karangan Syekh Hasan Al-Bishri dan jadi bahan pelajaran berharga.
Jelasnya, baca kisahnya
di sini:
https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-utbah-al-ghulam-dari-fasiq-menjadi-seorang-wali-TTROs
Komentar
Posting Komentar