Pekan 'yang-gak' Raya
![]() |
Ilustrasi, image source: Lampungpro.co |
Dar dor dar dor suara mercon di kejauhan, pikir aku ada apa gerangan. Rupanya malam ini penutupan Pekan Raya Lampung (PRL) di PKOR Way Halim.
Konon --ini kata netizen di media sosial--, PRL sepi pengunjung lantaran 'nguras isi dompet' sebab tiket masuk mahal belum lagi parkir dan lain-lain nantinya.
Tak berhenti di tiket masuk, di dalam juga ada banyak hal yang mesti dibayar. Soal warung makan tentu kan, ya, namanya juga ada modal yang dah dikeluarkan.
Tetapi, harga makanannya 'di luar nurul' istilah mereka. Aku gak bisa menyimpulkan maksud 'di luar nurul' itu seperti apa. Seimbangkah antara rasa dan harganya?
Tidak bisa aku mengingat kapan tahun kali terakhir menonton perhelatan Pemerintah Provinsi Lampung itu. Saking lamanya aku nggak pernah lagi menonton.
Karena itu, tidak bisa membandingkan secara spesifik perkembangan tahun ke tahun hingga perhelatan sekarang ini lebih maju, stagnan atau malah mundur.
Jika sepi pengunjung adalah indikasi dari tiket mahal, maka pekerjaan rumah pemimpin pemerintahan yang akan datang mencari cara sedapat mungkin gratis.
Pengunjung cukup bayar makanan dan minuman di tenant-tenant yang ada di dalam. Tiket masuk dan parkir kendaraan gratis melalui subsidi dari sponsor.
Kalau dari tiket masuk saja sudah dikeluhkan mahal oleh pengunjung, sungguh bukan pekan raya dong namanya, melainkan "pekan 'yang-gak' raya". Iya, kan?
Komentar
Posting Komentar