Langsung ke konten utama

Bumi Makin Panas

Sebagian besar wilayah India dihantam gelombang panas ekstrem. Bulan-bulan musim panas di sana adalah, April, Mei, dan Juni umumnya adalah yang terpanas di sebagian besar India, suhu berkisar 42—44,7 derajat Celcius. Kondisi demikian terjadi sebelum datang musim hujan membawa suhu lebih dingin.

Daerah yang dilanda suhu panas yaitu, negara bagian Ballia, Bihar Timur, dan Uttar Pradesh Tengah dan Timur. 96 orang tewas di dua negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar Timur beberapa hari terakhir menurut keterangan pejabat setempat pada Minggu (18/6/2023). health.detik.com, Senin, 19 Juni 2023.

Pada April dan Mei lalu Indonesia juga dilanda suhu panas yang disebabkan adanya gerak semu matahari, biasa terjadi tiap tahun. Yang menarik adalah suhu di Bandar Lampung terasa lebih panas dibanding Jakarta bahkan Surabaya. Pada 2 Mei di layar ponsel saya suhu tertera Bandar Lampung 32o, Jakarta 30o, Surabaya 29o.

Memasuki bulan Juni, suhu panas perlahan terhalau dan mulai lagi ada hujan. Hujan bulan Juni kata Sapardi Djoko Damono. Bahkan di weekend ini suhu di kota Bandar Lampung lagi sedang enak-enaknya. Hujan sejak Kamis (15/6) hingga Jumat (16/6) membuat suhu hari Jumat bertengger di 23o Celcius. Adem tenan.

Entah mengapa akhir-akhir ini terasa “bumi makin panas”. Ah, jadi teringat film Suzanna dengan judul yang sama pada tahun 1973. Anda yang lahir tahun ’70 tentu masih ingusan saat film itu diputar di bioskop. Hanya orang dewasa yang dibolehkan menonton dan memelototi posternya yang tervisual begitu seronok.

Ketika saya masuk Jogja medio ’79, masih menemukan sisa-sisa film itu diputar di bioskop kelas bawah. Suatu malam di tahun ’80 saya hendak nonton di bioskop Ratih, di pintu masuk saya dicegat ditanyai umur. Why? Karena filmnya panas. Roda-Roda Gila, dibintangi duo brothers Roy Marten dan Rudi Salam serta Yati Octavia.

Film Bumi Makin Panas, perhatikan posternya (lihat di bawah), seronok bukan? Bikin panas dingin kan? Poster film zaman dahulu dibuat oleh tukang lukis karena belum ada teknologi printing digital seperti sekarang. Sekarang yang ada suhu makin panas. Suhu bumi ditingkahi pula oleh suhu politik jelang pemilu.

Kembali ke masalah suhu ekstrem di India, sebuah studi World Weather Attribution, kelompok akademik yang meneliti sumber panas ekstrem, menemukan bahwa gelombang panas yang membakar pada bulan April melanda sebagian Asia Selatan, setidaknya 30 kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.

Nah, kan. Iklim yang jadi kambing hitam. Suhu politik yang memanas di negara kita jelang pemilu 2024, kali aja bisa beguyur menjadi sejuk. Terutama setelah Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono 'merajut kemesraan', Jokowi makan siang bersama Prabowo Subianto, dan siapa bersua siapa ke depannya.

Ilustrasi foto poster Film Bumi Makin Panas (dokumen The Movie Database)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...