Ibrahim dan Putranya Ismail

Ilustrasi foto milik motivislogohimo.vom

Setelah kemarin salat Ied warga Muhammadiyah, ini hari giliran pemerintah diikuti warga nahdiyin yang melaksanakannya. Demi toleransi, Muhammadiyah memutuskan pemotongan hewan kurban hari ini.

Dalam khutbahnya, khatib di masjid 'daripada' kami tadi menyampaikan makna ibadah kurban adalah mengambil hikmah keteladanan pada Nabi Ibrahim a.s. dan putranya Ismail a.s. tentang ketaatan.

Ibrahim menyampaikan mimpi, diperintah Allah Swt untuk menyembelihnya. Ismail berkata, "Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Meskipun berat hati, Ibrahim a.s. melaksanakan perintah Allah Swt tersebut. Atas keridaan Ismail a.s. berbakti kepada Bapaknya dan ketaatan Ibrahim a.s. kepada Allah, sesembelihannya diganti seekor kibas.

Itulah kisah awal mula disunahkannya memotong hewan kurban pada saat Iduladha (bagi orang yang mampu). Berkurban bukan suatu kewajiban. Hanya, bila mampu alangkah sebaiknya melaksanakannya.

Berbarengan dengan jutaan umat muslim dunia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah. Di saat mereka wukuf di Arafah, mereka juga berpuasa. Bagi umat Islam di benua lain, menyesuaikan waktu.

Puasa Arafah bukan bertepatan dengan momentum wukuf, melainkan bertepatan dengan tanggal 9 Zulhijjah. Indonesia dengan Arab Saudi berbeda waktu karena ada perbedaan secara geografis.

Arab Saudi lebih dahulu bisa melihat hilal karena letak geografinya lebih barat dari Indonesia. Adalah hal yang wajar. Tidak perlu diperdebatkan. Jangan menyalahkan perbedaan kapan waktu puasanya.

Yang salah adalah yang tidak puasa. Mengapa? Mereka menyia-nyiakan momentum menangguk pahala dari puasa itu, dihapuskannya dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan