Langsung ke konten utama

Virus Gak Hanya Covid-19

Ngakunya bernama Radesya, penumpang aktif KRL saban hari, menggunakan masker. Ngakunya sudah jadi kebiasaannya sejak 2014. Berarti, jauh hari sebelum pandemi Covid-19 jadi momok mengerikan.

Setelah PT KAI membolehkan calon penumpang lepas masker, Radesya memilih untuk tetap pakai masker. Alasannya, virus kan gak hanya Covid-19 saja, melainkan ada banyak jenis virus lainnya.

Ia kadung merasa nyaman memakai masker saat berangkat dan pulang kerja menggunakan KRL. Apalagi ibunya sudah lansia yang harus ia lindungi jangan sampai sakit akibat virus yang ia tularkan.

Aturan baru bagi penumpang kereta api diterbitkan Kemenhub melalui SE 17 tahun 2023 tentang prokes pelaku perjalanan dengan kereta api di masa transisi endemi Covid-19 diberlakukan sejak 12 Juni 2023.

Vaksinasi yang dahulu wajib, kini hanya berupa anjuran saja. Tetapi, sebagai tindakan preventif sebaiknya sudah divaksin hingga booster kedua. Terutama mereka yang memiliki risiko atau rentan.

Risiko atau rentan di sini maksudnya adalah menularkan atau tertular suatu penyakit. Meskipun pandemi Covid-19 dinyatakan telah selesai, tetapi ancaman virus/bakteri oleh penyakit lain tetap ada.

Misalnya, penyakit TBC dan influenza. Seperti diketahui, penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat kedua setelah India, dengan kasus 969 ribu pada 2021. Naik dari 2020 sebanyak 824 ribu kasus.

Sejak basil TBC ditemukan pada 24 Maret 1882 (lebih satu abad silam) oleh Robert Koch, mestinya penyakit TBC bisa dicegah. Tetapi, yang terjadi justru sebaliknya, jumlah penderitanya terus meningkat.

Demikian juga dengan ditemukannya obat-obat anti TBC dan vaksin BCG, penyembuhan penderita TBC bisa lebih cepat. Fakta yang terjadi, sangat lamban dan bahkan cenderung tak berhasil hingga tuntas.

Lalu, salahnya di mana? Mungkin pada lemahnya kedisiplinan penderita dalam mengonsumsi obat secara teratur dan tanpa putus selama enam bulan. Andil keluarga juga ada, yaitu abai mengawasi.

Jadi, mari belajar berdisiplin. Defeat tubercolosis, now and forever. Tetaplah pakai masker demi keamanan untuk tidak tertular dan menularkan virus. Apalagi di stasiun cenderung terjadi kerumunan.

Ilustrasi foto ss video pariwara PT KAI tentang syarat naik kereta api terbaru di akun twitter PT KAI (@KAI121)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...