Langsung ke konten utama

Namanya Perubahan

Kopi dicampur susu, jadi apa? | gambar: Kompasiana.com |

Ya, namanya juga perubahan, niscaya akan berubah. Apa dulu, nih? Ya, apa sajalah. Kita ambil contoh a la warung kopi saja, angkringan. Kopi, selama dia sendiri akan tetap hitam. Susu, selama dia sendiri tetap putih. Tetapi, jika keduanya di-‘koalisi’-kan, maka akan jadi…

Kopi hitam diseduh dengan campuran susu, warnanya tidak hitam tidak juga putih. Akan terjadi perubahan. Jika ada tambahan topping lainnya, maka akan terjadi perpaduan warna dan rasa yang absurd jadi entahlah. Tetapi, meski absurd tentu rasanya akan tetap nikmat.

Hanya saja, jika setelah kopi dicampur dengan susu atau topping lain dan ternyata rasanya menjadi tidak sedap, maka tidak bisa lalu kemudian salah satu dari pembentuk rasa yang menjadikannya tidak sedap itu baiknya dibuang atau bahasa politiknya dikhianati.

Itulah kalau kopi yang ber-’koalisi’ dengan susu atau topping lainnya. Beda dengan partai yang berkoalisi. Seperti Nasdem, PKS, dan Demokrat. Jika salah satu partai merasa dikhianati, maka dia akan menarik diri dari koalisi sehingga perkoalisian mereka berubah.

Koalisi perubahan. Jika di tengah jalan ada perubahan arah jalan sesuai peta tujuan, maka perjalanan koalisi akan berbelok ke arah yang baru. Kalau ada anggota koalisi merasa tidak sejalan, boleh belok atau putar balik. Dalam koalisi perubahan, Demokrat putar balik.

Begitulah faktanya di dunia nyata, koalisi perubahan yang dibentuk Nasdem, PKS, dan Demokrat mengusung Anies Baswedan sebagai capres, akhirnya tidak solid sampai akhir perjalanan. Di tengah jalan Demokrat menarik diri dari koalisi. Karena merasa dikhianati.

Kenapa Demokrat menarik dukungan ke Anies? Anies ‘dipaksa’ Surya Paloh menerima ‘daripada’ Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai bacapres, bukan AHY. Loh, katanya, bacapres diserahkan sepenuhnya kepada Anies Baswedan. Piye, tho? Ai, dah, Demokrat ni ado-ado bae.

Bikin pusing, ya, perpolitikan di dunia nyata. Maka, paling enak perpolitikan a la warung kopi. Pengunjung yang pengin ngopi terserah mau pilih kopi thok atau campur susu, cokelat, atau topping lainnya. Bebas nak milih kopi bae apo campur susu. Apo bae kendak kau.

Tidak ada topping yang diinginkan, ya, terimalah kopi saja. Nikmati dengan santai. Nggak lantas pindah ke warkop lain. Jangan kayak Demokrat, karena bacapres Anies bukan AHY, Demokrat mundur dari koalisi. Lah, lo aja main dua kaki. Sempat lirik-lirikan sama Puan.

Padahal, di warkop lain belum tentu rasa kopinya lebih enak dan pilihan topping-nya lebih komplet. Demokrat lantas mau ke mana? Ke Gerindra (Prabowo) atau PDIP (Ganjar), belum tentu juga AHY tuh dijadikan bacapres oleh mereka. Nanti lo jadi ‘kleyang kabur kanginan’.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...