Hari Aksara Internasional

aksara, gambar @abirapanza di TK Al-Azhar 16, Perumahan BKP, Kemiling Permai.

Setiap tanggal 8 September dirayakan sebagai Hari Aksara Internasional. Bagaimana seseorang bisa mengenal aksara? Tentu melalui pembelajaran di sekolah. Secara formal memang begitu. Tidak formalnya, diajari ayah dan ibu.

Sebelum Abi Ghifar Rapanza masuk TK Al-Azhar 16 BKP, saya dan istri sudah kenalkan aksara kepadanya sejak ia baru berusia 3 tahun. Diajari mengenal abjad A sampai Z, diajari hurup-hurup yang ada pada namanya dan menuliskannya, yaitu A, B, I.

Secara perlahan, dengan telaten kami menuntunnya belajar menuliskan namanya sendiri. Diajari cara menggambar ayam, bebek, burung, ikan, pohon, mobil, sepur, dll. Lambat laun ia bisa menggambar dan menuliskan namanya di buku yang disediakan.

Dengan telah terasahnya keterampilan menggambar dan menulis aksara sejak sebelum sekolah, tatkala ia masuk sekolah formal di TK Al-Azhar 16, itu di antara anak-anak lainnya gambar dan tulisan miliknya yang tampak lebih bagus dan presisi.

Dari itu bakat seni si anak sudah terlihat. Akhirnya, meski saat SMA ia jurusan IPA, tetapi saat kuliah ia memilih bidang seni. Kuliah di DKV FSRD UNS Solo. Ia kini bekerja di perusahaan media visual dan animasi.

Sebagai apresiasi perayaan Hari Aksara Internasional tanggal 8 September 2023 ini, saya menggubah puisi di bawah ini. Puisi pada mulanya serpihan aksara yang tumbuh di sembarang tempat, oleh penyair dipetik, diadon menjadi barisan kata-kata berbumbu.


Kata-kata

Puisi Zabidi Yakub

hampir saja lupa, kalau tidak ada media sosial
siapa coba, akan mengingatkan orang yang pelupa
bahwa hari ini bertanda Hari Aksara Internasional
hampir saja tak sampai, jika saja tidak ada aksara
maka, dengan apa setiap orang mengirim kata-kata

kata-kata bernanah, sebab bisul aksara mencipta abses
maka, segala premis nadi kata adalah induk nada suara
tidaklah berguna, rongga dada sesak oleh kata-kata
kata-kata tak tersampaikan, adalah dusta kebebasan
maka, berkata-katalah orang di media sosial miliknya

amuk amarah lintuh disembunyikan kata-kata banal
amuk kemarau memercikkan api, apa jadinya hutan
kebakaran di mana-mana, ladang mata kehidupan
mata air menunda gairah, air mata menanda pasrah
kata yang terdengar, elektabilitas hasil survei bayaran  

Di pangkal September, bukanlah ujung kemarau
polusi udara masih lama akan menemani
polusi kata-kata makin dahsyat amuknya 
tak ada aksara bisa jadi pemadam, puisi sekalipun
apalah arti puisi, barisan kata-kata berlepotan tafsir


Bandar Lampung, 8 September 2023 | 22:54 |


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan