Bingkisan Sederhana
Di belakang rumah, ada dua ibu single parent.
Yang satu, kedua anaknya sudah mapan setelah berumah tangga dan lulus tes P3K
(guru outsourcing). Satu lagi, tidak seberapa beruntung dibanding
satunya. Buruh cuci, anaknya jobless.
Kepada keduanya, setiap mau hari raya idulfitri
kami beri bingkisan lebaran penggembira. Kemarin istri sudah siapkan lima paket bingkisan sederhana.
Satu paket untuk single parent lain di RT sebelah. Juga hidup menjanda.
Satu paket untuk ”kerabat-jauh” istri. Satu
paket buat petugas sokli (petugas pengumpul sampah rumah tangga) yang biasa
dipanggil ”mamang sampah” oleh warga. Rutin keliling mengambil sampah warga setiap dua hari sekali.
Isi paket bingkisan lebaran sederhana itu adalah,
minyak goreng 1 liter, gula pasir 1 kg, tepung terigu 1 kg, mie celor 1 kemasan
250 gram, teh celup 1 kotak, sirup, Fanta, Sprite. Di masa Covid-19 yang lalu pun tetap memberikan bingkisan.
Isinya mungkin tidak begitu mewah, tetapi
setiap menerima bingkisan itu mereka tampak sumringah. Kalau begitu, yang memberi juga sumringah. Saya percaya, rasa gembira timbul oleh hal-hal sederhana. Seperti memberi dan menerima.
Kegembiraan oleh hati yang senang, setelah satu bulan berpuasa akhirnya berkah, maghfiroh, dan itkum min-annaar yang Tuhan janjikan, hadir dalam kesederhanaan. Dalam silaturahim antartetangga yang saling menggembirakan.
Komentar
Posting Komentar