Nikmat yang Maha Asyik

“Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?” QS. Ar-Rahman 13 ini layak ditudingkan kepada manusia yang acapkali kufur nikmat. Kalau jin mah, ya sudah. Mungkin memang dasarnya kufur.

Luar biasa beruntungnya kita di Indonesia, kalau dipikir-pikir. Negeri jamrud khatulistiwa beriklim tropis (musim kemarau dan penghujan), ini bertabur buah-buahan tropis beragam jenis, rasanya sungguh nikmat dan lezatnya tiada tara.

Di bulan Ramadan, aneka ragam jenis minuman dijajakan penjualnya di pasar khusus takjil atau  bahkan di pinggir jalan. Semua menyegarkan dan memuaskan dahaga setelah seharian berpuasa. Meski puasa itu hanya 12 jam.

Bagaimana dengan WNI yang menjalani puasa Ramadan di benua Eropa, tentu saja begitu besar tantangannya. Ambil contoh di Inggris misalnya, di sana lamanya berpuasa sekira 16 jam. Kebayang kan besti, betapa haus dan laparnya?

Kalau Indonesia beriklim tropis (kemarau dan penghujan). Lain halnya Inggris, di sana iklim subtropis (iklim sedang), terdiri atas musim semi (spring), musim panas (summer), musim gugur (autumn), dan musim dingin (winter).

Orang yang menjalankan ibadah puasa pun harus bisa menyesuaikan dengan beberapa perubahan waktu (musim) di atas. Bila bulan puasa bertepatan dengan musim semi, maka durasi berpuasa akan dijalani selama 16 jam.

Beda kota berbeda pula waktu awal memulai ibadah puasa (imsak di waktu subuh) dan mengakhiri puasa (berbuka di waktu magrib). Ambil contoh di Bristol, subuh jatuh pada pukul 5 pagi dan waktu magrib sekitar pukul 7 malam.

Namun, pada pertengahan Ramadan waktu subuh semakin maju sekira pukul 4 pagi, tetapi magrib justru semakin mundur menjadi sekira pukul 8 malam. Pergeseran waktu itu membuat durasi puasa semakin terasa lebih panjang.

Lain halnya di Norwegia. Bagaimana menjalani ibadah puasa di sana dengan kondisi (seperti) tidak pernah ada matahari terbit dan terbenam? Seperti yang dituturkan Imam Waleed Hakeem, diunggah akun Hello ID: 301862606.

Dari Arktik, Norwegia, ia berkisah, mereka baru saja selesai salat Tarawih. Padahal, kala itu waktu menunjukkan saat tengah malam, namun matahari masih bersinar benderang menerangi daerah masjid tempat mereka salat Tarawih.

Ia memperlihatkan video vlog-nya di kala matahari seolah akan menyentuh gunung dan kemudian tenggelam di baliknya. Akan tetapi, yang terjadi justru matahari itu seolah baru saja bangkit dari lelap di peraduan dan akan terbit.

Bagaimana bisa terjadi demikian? Menurut Waleed Hakeem, posisi matahari bukan di barat saat akan terbenam dan bukan pula di timur saat akan terbit, melainkan di utara. Matahari akan terus mengitari langit di sana. Ajaib ya.

Karena itu, di sana matahari seolah berputar terus tanpa terbit dan terbenam. Saat bersamaan ia juga menunjukkan bahwa bulan purnama sedang menampakkan parasnya yang indah. “Ini sungguh menakjubkan,” ujarnya memuji.

Menurutnya, matahari tengah malam itu sebenarnya telah disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi 83—98. “Ketika Allah Subhanahuwataala menceritakan tentang kisah Zulqarnain yang diberi kekuasaan perjalanan di muka Bumi.

Zulqarnain diberi kekuasaan menempuh perjalanan yang jauh dari timur ke barat. Karenanya, kekuasaan Zulqarnain sangat luas, hingga mampu menyatukan dunia barat dan timur. Berbagai penjuru dunia sudah dijelajahinya.

Dalam kisah perjalanan Zulqarnain dari timur ke barat itulah terungkap bahwa ia menjumpai tempat matahari terbit dan terbenam. Ia tiba pada suatu tempat dan menjumpai suatu kaum yang tanpa perlindungan dari terik matahari.

Bisa jadi tempat-tempat yang dikisahkan dalam Al-Quran Surah Kahfi itu, salah satunya adalah daerah Arktik yang matahari seolah tidak pernah terbit dan terbenam lantaran terus berputar-putar di langit di atas daerah tersebut.

Karena hal itulah, menurut Waleed Kareem, di sana mereka berpuasa selama 22 jam. Untuk patokan kapan saat mereka harus salat Tarawih, makan sahur, dan berbuka puasa, mereka mengikuti panduan kepada negara Arab Saudi.

Bila di Masjidil Haram, Mekah, dilakukan salat Tarawih, mereka di Arktik pun ikut melakukannya. Nah, setelah salat Tarawih selesai, mereka segera makan sahur dan memulai ibadah puasanya. Begitu yang mereka lakukan setiap hari.

“Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?” Artinya, Indonesia ini diberkahi nikmat yang maha asyik. Ibadah puasa yang kita jalani tidak begitu menyengsarakan. Masihkah tidak mau bersyukur?

Ilustrasi: Zulqarnail, raja shalih sang penakluk yang mengurung Yajuj dan Majuj (credit foto: muslim.or.id)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan