Langsung ke konten utama

Merayakan Kebersamaan

Sejak hari Kamis lalu, umat Kristiani menjalani rangkaian peringatan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Rangkaian peringatan dimaksud adalah, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, dan puncaknya Paskah pada hari Minggu (9 April 2023) besok.

Jelang perayaan Paskah, ribuan peziarah tiba di pelabuhan Waibalun, Larantuka, NTT. Mereka hendak merayakan Semana Santa. Sejak tidak dirayakan selama tiga tahun karena Covid-19, maka tahun 2023 ini umat Katolik Larantuka kembali merayakannya.

Semana Santa Larantuka merupakan tradisi umat Katolik yang diwariskan sejak lima abad silam. Kini Semana Santa menjadi icon wisata religi di Flores Timur, NTT. Perayaan Liturgi dan Devosi Semana Santa di Larantuka digelar mulai hari Kamis Putih.

Demi keamanan dan lancarnya peribadatan, Polda DI Yogjakarta melakukan sterilisasi di area Gereja Santo Antonius Padua, Kotabaru. Kurang lebih 2.500 umat Kristiani yang beribadah. Demi ketertiban, ibadah dilakukan tiga sesi. Pagi, sore, dan malam hari.

Menariknya, letak gereja ini berdekatan dengan Masjid Syuhada Yogjakarta. Praktis pada Jumat terjadi dua rangkaian ibadah bersamaan. Siang di Masjid Syuhada umat muslim salat Jumat, di Gereja Santo Antonius, umat Kristiani misa Jumat Agung.

Pun di malam harinya, ibadah bersamaan bagi kedua umat beragama ini berlanjut. Di Masjid Syuhada, umat muslim menunaikan salat Tarawih. Di Gereja Santo Antonius, umat Kristiani misa Jumat Agung (sesi malam). Ini namanya merayakan kebersamaan.

***

Di sisi lain, umat muslim juga sudah ada yang memulai melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman. Mereka, barangkali bakul jamu dari seputar Wonogiri. Bisa jadi karyawan pabrik tekstil yang sekarat dan terpaksa berhenti beroperasi.

Industri tekstil Indonesia dilanda pandemi tak berkesudahan. Menurunnya omzet ekspor produk tekstil, membuat industri tekstil mati kutu. Satu per satu perusahaan berhenti beroperasi dan ribuan karyawan kehilangan sumber penghasilan.

Lagi, magrib tadi, saya mengikuti acara bukber. Kali ini di kediaman Bapak M. Thoha B.S. Jaya, sebagai mentor HMI. Bukber dihelat ‘kakak-kakak’ dan ‘adik-adik’ aktivis HMI Komisariat KIP (Keguruan Ilmu Pendidikan), Unila. Mereka merayakan kebersamaan.

Melihat kesibukan ‘kaka-kakak’ dan ‘adik-adik’ HMI-wan dan HMI-wati menata menu berbuka, saya jadi diingatkan zaman dahulu. Ya, saya juga aktivis HMI Komisariat AMP YKPN Yogjakarta. Dahulu juga kami sibuk di kegiatan Ramadan dan hari-besar Islam.

Kenapa panggilannya ‘kakak-kakak’ dan ‘adik-adik’? Karena ada alumni, ada senior, dan ada kader yang baru mengikuti batra. ‘Kakak-kakak’ tentu untuk alumni dan senior. ‘Adik-adik’ untuk junior atau kader yang baru selesai mengikuti basic training (batra).

Sejak masa pemerintahan Orde Baru hingga kini, alumni HMI banyak berkiprah di pemerintahan. Ada yang menjadi menteri, dosen, politisi di Senayan. Ada pula yang di luar pemerintahan, sukses sebagai pengusaha nasional berkat pengkaderan di HMI.

sesi foto para kakak-kakak dan adik-adik’


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...