Arus Balik #1
Arus balik H+6, anak lanang yang jadi “diaspora” di Surabaya kembali balik ke kostan. Kembali ke aktivitas harian sebagai senior ilustrator. Kata diaspora dikepung tanda kutip karena diaspora sebenarnya tuh adalah WNI yang bekerja di luar negeri. Kalau di dalam negeri sekadar perantau biasa.
Di luar Stasiun Tanjungkarang terlihat ramai. Calon
penumpang Bus DAMRI menuju Jakarta berkumpul berbaur dengan keluarga yang
mengantar. Mengapa yang berangkat perlu diantar keluarga? Karena kangen yang
belum tuntas. Lebaran tahun ini terasa begitu berkesan bagi semua orang.
Bayangkan, aturan “dilarang mudik, yang boleh pulang
kampung” membuat orang rantau tersandera tiga tahun (2020—2022). Peraturan nyeleneh
itu begitu absurd. Maka, tahun ini orang rantau menikmati betul berkumpul
dengan keluarga, membasuh pekatnya rindu yang mengerak di hati.
Calon penumpang yang reservasi tiket online, melakukan autentikasi dan validasi di meja petugas untuk ditentukan bus mana yang akan dinaiki. Pada tiket akan ditulis nomor lambung bus. Derit roda koper terdengar beriringan, digeret calon penumpang menuju bus mereka masing-masing.
Di dalam stasiun tak kalah ramai. Jadwal pembatalan keberangkatan kereta terdengar dari pengeras suara. Pasalnya, terjadi ambles jalur kereta api di KM 206+0/2 pada Jumat (28/4/2023), menyebabkan jalur antara Stasiun Gilas (OKU Timur) dan Sepancar (OKU) belum bisa dilalui.
Calon penumpang sedikit kecewa. Mestinya mereka sibuk mencari gerbong, mencocokkan nomor tempat duduk yang ada di tiket. Usai mudik berlebaran di Lampung, saatnya mereka kembali ke wilayah Sumatera Selatan. Masuk kerja, berbisnis, dan kegiatan lainnya. Anak-anak kembali sekolah.
Di luar stasiun, satu per satu koper, tas, dan kardus dimasukkan oleh helper ke dalam bagasi. Penumpang mulai menaiki bus untuk ngademin badan. Suhu udara di luar bus memang terasa begitu gerah. Saat menunggu kedatangan bus, keringat anak lanang mengucur dari pelipis ke pipi.
Dari balik rambut mengalir ke arah tengkuk. Berulang kali sapu tangan diusapkannya. Basah. Setelah bus yang akan ia naiki datang, kopernya saya jinjing menuju bus dan menyerahkannya kepada helper untuk ditata. Saya suruh lihat, buat memastikan di posisi mana kopernya ditaruh.
Tahu persis di mana koper ditaruh agar memudahkan saat mengambilnya bila telah tiba di Stasiun Gambir sore hari. Setelah kopernya masuk bagasi, anak lanang pun naik ke dalam bus. Oh, ya, selain saya dan ibunya, calon permaisurinya juga turut mengantar didampingi adiknya.
Sengaja hendak melepas dan mengantar bekal berupa arem-arem. Lumayan buat tombo ngelih di kereta. Sebelum bus mulai berangkat, kami beranjak meninggalkan pool keberangkatan. Didahului Wida dan adiknya, saya dan istri menyusul tak lama kemudian. Komunikasi berlanjut via WA.
Pukul 10:55 berita di MNC-NEWS menginfokan arus balik di Pelabuhan Bakauheni masih normal. Foto yang saya jepret di layar TV ini saya kirim ke anak lanang. Biar ada gambaran bahwa perjalanan menuju Jakarta akan lancar dan sampai Stasiun Gambir cepat. Ia tak sampai ketinggalan kereta.
Komentar
Posting Komentar