Langsung ke konten utama

Sertifikat Digital

Setelah menunggu 11 hari, akhirnya kuterima juga kiriman sertifikat seminar ”Direktori Literasi Bahasa dan Aksara Daerah di Indonesia untuk Media Digital” oleh Yayasan Budaya Nusantara Digital (YBND) di Balé Rumawat, Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis (16/3/2023).

Dikirim via WhatsApp oleh panitia seminar. WhatsApp oleh dari pp, menunjukkan dia seorang wanita. Kalau di Tanah Pasundan tentu dipanggil dengan sebutan Tétéh, kalau di Tanah Jawa dipanggil dengan sebutan Mbak. Di lain daerah memiliki sebutan khas budayanya masing-masing.

Pesan WhatsApp masuk pukul 13:36, langsung saya baca dan mengetik balasan. Pukul 13:39 balasan terkirim. Tidak banyak yang saya ketik, hanya mengucapkan terima kasih sudah menaja acara yang kerén. Salam literasi, Haturnuhun. Sertifikat bisa diunduh melalui tautan link yang dikirim.

Ikutan acara seminar begitu mudah. Meski diadakan di tempat yang jauh, bukan suatu halangan. Kalaupun tidak bisa hadir secara langsung (luringdi tempat acara, peserta bisa hadir dari jarak jauh (daring) melalui aplikasi zoom. Begitulah seminar ini tempo hari, saya hadir secara daring.

Cuman pake hp, earphones, dan stand holder hp. Ya, itulah modal yang saya siapkan untuk ikutan. Persis seperti di masa pandemi Covid-19, adik-adik SD hingga SMA belajar dari rumah. Bahkan, kakak-kakaknya mahasiswa pun kuliah dari rumah. Perangkat yang mereka pakai hp atau laptop.

Ada pula masanya, adik-adik SD hingga SMA ujian secara daring. Istimewa lagi kakak-kakak mahasiswa, ada yang bimbingan tugas akhir (skripsi, disertasi, dan tesis) secara daring via WhatsApp kemudian ujian via zoom. Merepotkan? Tentu ada yang kerepotan dan ada juga yang enjoy aja.

Begitu pun para ASN atau pegawai swasta yang dahulu sempat terkena kebijakan work from home (WfH). Ya, mereka bekerjanya di depan laptop atau personal computer (PC) di rumah. Covid-19 mengubah apa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa dan terbiasa. Mungkin menyenangkan.

Seminar yang kerén ini didukung UNESCO Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Kebudayaan Rancagé, PDP-BS Universitas Padjadjaran Bandung, dan PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia). Dua sesi seminar tidak terasa melelahkan karena semua pemateri menyenangkan.

Ini hanya ilustrasi doang, bukan sertifikat asli yang saya terima. (olahfoto dari FLIPHTML5)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...