Langsung ke konten utama

Laman Wéb Bahasa Daerah

“Kekuatan bahasa di éra digital tidak diukur oléh jumlah penutur, melainkan seberapa besar bahasa tersebut hadir di internét. Bahasa daérah kita sangat lemah dalam hal ini. Misalnya, meskipun penutur bahasa Jawa lebih dari 80 juta dan Sunda lebih dari 30 juta, jumlah laman wéb yang menggunakan bahasa tersebut masih jauh di bawah bahasa Slovenia yang penuturnya ”cuma” 2,5 jutaan. Itulah barangkali yang penting dibahas dalam seminar ini.” —picuki.com (https://www.picuki.com/tag/merajutIndonesia)— 

Dan seminar bertema “Direktori Literasi Bahasa dan Aksara Daerah di Indonesia untuk Media Digital” telah sukses diselenggarakan di Balé Rumawat Universitas Padjadjaran, Bandung, hari ini Kamis, 16 Maret 2023 mulai pukul 08:00 selesai pukul 16:00 WIB. Seminar dibagi dua sesi, sesi 1 mulai pukul 08:30 selesai pukul 12:00 dan sesi 2 mulai pukul 13:00 selesai pukul 16:00. Masing-masing sesi menampilkan 4 narasumber dipandu seorang moderator.

Molly Prabawaty –Asisten Deputi Literasi, Inovasi, dan Kreativitas Kemenko PMK RI

Narasumber yang tampil pada sesi 1 adalah Ester Dina Sihombing perwakilan UNESCO dengan makalah “IDIL 2022—2032 sebagai Landasan untuk Meningkatkan Konten Bahasa Daerah di Indonesia”, Richard Mengko dari Yayasan Budaya Nusantara Digital dengan makalah “Masa Depan Bahasa Daerah pada Media Digital dan Internet”, Herawati dari Badan Bahasa dengan makalah “Best Practice Model Revitalisasi Bahasa Daerah di Indonesia.

Kemudian Rachmat Wahidi dari Wikimedia Indonesia dengan makalah “Peran Wikimedia dalam Pengembangan Ensiklopedia Digital Berbahasa Daerah”. Mereka berempat dimoderatori Cecep Burdansyah, seorang jurnalis senior dan juga seniman Sunda. Dilanjutkan setelah istirahat, pada sesi 2 tampil Safrina Noorman dari Yayasan Kebudayaan Rancagé dengan makalah “Best Practice: 35 Tahun Hadiah Rancagé Memelihara Literasi Bahasa Daerah”.

Disambung selanjutnya, Tantry Widiyanarti dari Masyarakat Pernaskahan Nusantara dengan makalah “Katalog Pernaskahan Sebagai Pertahanan Literasi Bahasa Daerah”, Diaz Nawaksara sebagai Pegiat Aksara Nusantara dengan makalah “Upaya Digitalisasi Aksara Nusantara di Indonesia untuk Internet”, Aditia Gunawan sebagai Peneliti Naskah Nusantara dengan makalah “Potensi Naskah Nusantara dalam Digital Humanity”. Dimoderatori Teddi Muhtadin.

Narasumber sesi 2; Safrina Noorman, Aditia Gunawan, Tantry Widianarti, dan Diaz Nawaksara.

Sebelumnya seminar dibuka dengan sambutan-sambutan. Sebagai Keynote Speech tampil Molly Prabawaty (Asisten Deputi Literasi, Inovasi, dan Kreativitas Kemenko PMK RI), Ana Lomtadze (UNESCO Jakarta), Teddi Muhtadin (PDP-BS Universitas Padjadjaran), dan Agung Zainal (Yayasan Budaya Nusantara Digital). Inti seminar minimnya bahasa dan aksara daerah di Indonesia dalam bentuk media digital. Siapa pun, baik penulis, pegiat, dan pecinta bahasa daerah didorong menciptakan laman wéb bahasa daerah.

Peserta seminar yang hadir di Bale Rumawat Universitas Padjadjaran


Musikalisasi puisi oleh Ferry Curtis menyanyikan sajak Tanah Sunda karya Ajip Rosidi dan lagu Literasi karya ciptanya sendiri


Berbagai fonta yang tersedia di laman aksaradinusantara.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...