Langsung ke konten utama

Baju yang Diinginkan

Menyikapi aksi cawe-cawe Presiden Jokowi untuk memenangkan capres/cawapres tertentu, SBY bikin buku, judulnya baca sendiri pada gambar terpasang di atas. Sudah dari pertengahan tahun 2023 buku itu terbit, tetapi tidak begitu bergaung dan viral yang dampaknya membuat Jokowi sedikit menahan diri.

Modelan Jokowi yang diam-diam menghanyutkan, slow saja menyikapi buku SBY tersebut. Saat awak media tanya, dengan gaya yang biasa cengengesan, Jokowi menjawab tidak perlu ada kekhawatiran. “Sudah berulang kali saya katakan bahwa penyelenggara pemilu itu adalah KPU,” kata Jokowi.

Betapa santai Jokowi menyikapi buku SBY. Sama santainya ketika di-kuyo-kuyo oleh Megawati. Tetapi, balasan yang diberikannya mampu membikin senang atau kecewa. Megawati kecewa ketika mencapres & cawapreskan Ganjar-Mahfud, Jokowi diam-diam memuluskan jalan bagi Prabowo-Gibran.

AHY dibikin senang oleh Jokowi dengan memberinya jabatan menteri. SBY tentu juga senang, tetapi tentu saja tidak begitu berani menampakkannya karena tekanan rasa malu telah menulis buku tentang cawe-cawenya Jokowi. Itu pun kalau masih punya rasa malu. Kalau tidak, berarti urat malunya sudah putus.

Di hari pelatikan AHY, Gibran menulis status, “Cara menaklukkan anjing adalah dengan memberinya tulang. Ahai!” di-capture netizen lalu diviralkan di TikTok dan disebarluaskan di WAG, memunculkan beragam penafsiran bahwa Gibran menyindir AHY dan SBY yang baperan. Benarkan menyindir?

Jokowi melangitkan dukungannya untuk Ganjar dicapreskan oleh PDIP, dengan desain baju putih garis lurus yang melambangkan ‘tegak lurus’ sampai memberikan kode ‘rambut putih’, tetapi Megawati tidak setuju. Dia marah dan berkata, “Hanya ketua partai yang boleh menunjuk bakal calon presiden.”

Setelah Megawati mendeklarasikan Ganjar sebagai capres, Jokowi diam-diam menyusun strategi untuk memajukan Gibran sebagai cawapres mendampingi Prabowo dan mengarahkan semua pendukungnya, organ-organ relawan Jokowi yang dikenal “projo” ke paslon capres/cawapres Prabowo-Gibran.

Tidak hanya organ relawannya saja, tetapi TNI, Polri, ASN dari pusat sampai tingkat kepala desa diarahkan untuk memenangkan Prabowo-Gibran. Padahal, berulang kali Jokowi mengatakan bahwa dirinya memerintahkan agar TNI, Polri, dan PNS untuk netral. Tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya.

Hasil pemilu semua sudah tahu. Terlepas benar atau tidak terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif. Toh, bisa dibaca cara kerja KPU masih seperti 2019. Ibarat hendak membuat baju, masih menggunakan pola lama tapi kain bajunya yang baru. Hasilnya jadi baju yang diinginkan si pemesan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...