“Mulai dari Nol, ya”
“Antara Aku, Kau, dan Bekas Pacarmu”
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Pasangan yang akan
menikah itu nggak ujug-ujug. Kalau baru bertemu berarti mereka memulai
hubungan dari nol. Kalau dari teman sekolah, mungkin mereka melanjutkan “Gita Cinta
dari SMA” yang dahulu belum kelar alias CLBK.
Hubungan dari nol itu
panjang prosesnya. Dari meneliti bibit, bebet, bobot.
Menyelami karakter, mengenali adat
istiadat, sukanya apa tidak-sukanya apa, perilaku kesehariannya bagaimana. Sudah
diselami semuanya, belum tentu sreg.
Kalaupun sreg, belum tentu yakin haqqulyakin. Masih butuh waktu panjang mempertimbangkan, maju-mundur, lanjut-nggak, mikir lama. Kalaupun yakin haqqulyakin, belum tentu dapat restu dari masing-masing orang tua. Ini tantangan.
Tantangan yang mahaberat. Orang tua lo oke, orang tua si do’i belum tentu oke. Bagaimana kalau ternyata mereka kagak setuju. Gagal kan, artinya. Oke, move on, memulai lagi hubungan baru, dari nol lagi. Perjalanannya kembali diulang.
Dari saling mengenal, menyelami hal-ihwal dan seluk-beluk diri masing-masing, keluarga masing-masing. Intensitas pertemuan apa iya mendukung, bagaimana kalau hubungan yang dibangun adalah long distance relationship? Piye, hayo.
Kembali lagi memulai hubungan baru, dari taraf mencari kenalan baru. Dari nol lagi. Gak sesederhana mengecorkan BBM ke tanki kendaraan. Mbak-mbak di SPBU ngomong, “Mulai dari nol, ya, Pak.” Pemilik kendaraan ho-oh doang.
Dalam hal asmara, yo ora ngono. Dimulai dari menemukan individu yang sesuai kriteria dan menarik hati untuk dikenal. Bila dalam proses perkenalan itu menumbuhkan rasa suka dan jatuh cinta, bisa deh dilanjutkan ke tahap penjajagan.
Menjalin komunikasi dua arah untuk tahu lebih banyak tentang apa dan siapa kedua insan, keluarga mereka, etnis-ras-suku, dan agama. Bila perlu menelisik info melalui pihak ketiga. Misalnya, saudara, kawan atau sahabat karibnya.
Kutipan lirik lagu Iwan
Fals berjudul Antara Aku Kau dan Bekas Pacarmu di atas barangkali bisa
sedikit memberikan gambaran, bahwa memasuki lorong pernikahan, membuat orang
seperti menapaki jalan gelap berlubang dan
mendaki.
Sehingga untuk menapakinya dibutuhkan stamina yang prima. Bukan sekadar keinginan menikah saja, melainkan kesiapan lahir batin. Di samping lahir batin, hal yang paling pelik dipikirkan yaitu kesiapan dana. Tabungan cukup gak?
![]() |
Angka nol pada tanki penjualan BBM di SPBU. Bahwa dahulu ada BBM jenis Premium, inilah prasastinya. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Komentar
Posting Komentar