Langsung ke konten utama

TKS, JSAT, dan Tensi

Ada gunanya beli alat ukur tensi. Sewaktu program menurunkan tensi minggu-minggu belakangan, bisa memonitor progresnya, seberapa efektif obat kimia dan/atau obat herbal. Atau perpaduan keduanya. Kebetulan yang saya lakukan adalah perpaduan keduanya. Bagaimana hasilnya? Perkembangannya cukup signifikan. Dalam dua minggu tensi darah kembali normal.

Namun begitu, untuk lebih memastikan, karena hari ini jatah obat kimia habis, maka nanti tetap akan kontrol lanjutan ke dokter kendati tensi darah sudah kembali ke standar ukuran normal. Ya, barangkali saja ada perbedaan, misalnya karena brand alat digital berbeda karena dari pabrikan berbeda atau ada pengaruh sesudah makan pagi sehingga ada lonjakan kolesterol juga.

Darah tinggi atau bahasa medisnya hipertensi dipicu oleh banyak macam faktor. Tingginya kadar kolesterol dalam darah membuat darah mengental dan menimbulkan plak di arteri sehingga terjadi penyumbatan aliran darah. Bisa jadi juga dipicu kecapekan atau kurang tidur bagi orang yang kena sindrome gangguan tidur. Yang terjadi pada saya sepertinya kecapekan dan kurang tidur.

Perjalanan simultan Lampung–Solo–Pacitan–Jogja–Jember–Surabaya–Depok–Jakarta–dan kembali ke Lampung, yang isinya wira-wiri ke destinasi wisata serta kulineran sebagai pengisi pakansi, tentu ada capek dan asupan kolesterol tinggi di dalamnya. Di kendaraan selama perjalanan praktis saya tak lelap tidur. Di homestay atau hotel pun tak bisa nyenyak. Begitu kegalibannya, ke mana pun saya pergi.

Di Jember mengikuti acara Temu Karya Serumpun dan peluncuran buku “Semesta Ingatan – Trauma dan Imaji Ingatan” selama dua hari (25-26 Oktober 2025) agak lumayan melelahkan bagi fisik, tapi bagi hati menambah rasa happy. Apalagi kembali bertemu kawan yang menghadiri acara Jambore Sastra Asia Tenggara dan peluncuran buku “Ijen Purba” di Banyuwangi, 24–26 Oktober 2024.

Jadi, acara Temu Karya Serumpun (TKS) dan peluncuran buku “Semesta Ingatan – Trauma dan Imaji Ingatan” merupakan titik temu kembali para penyair yang tergabung di buku “Ijen Purba” yang diluncurkan pada Jambore Sastra Asia Tenggara. Jadi, semacam reuni di antara kami. Kebetulan waktunya beririsan, di tanggal dan bulan yang sama. Sesama Timur Jawa, tetangga kabupaten.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...