Langsung ke konten utama

“Kang Mus” Berpulang

Terbaca pesan, “Inna lillahi wainna ilaihi roji’un, telah berpulang ke Rahmatullah Epy Kusnandar bin Erning Sutarsa. Wafat pada tanggal 3 Desember 2025 pukul 14.24 WIB.” Itu kabar duka atau berita lelayu yang disampaikan Karina Ranau (istri Epy) melalui Instagramnya.

Saya pernah nulis perihal Kang Epy ini di blog ini, menceritakan Kang Epy mudik ke Ranau (kampung halaman Karina). Kang Epy menemukan keseruan menunggu durian runtuh bersama tetangga di gubuk tengah kebun durian yang ada di Desa Rantau Nipis, Kecamatan Banding Agung Ranau.

Kang Mus, si Preman Pensiun | foto: Media Indonesia |

Kenapa saya tertarik mengangkat cerita perihal Kang Epy Kusnandar yang seru-seruan menunggu durian gugur (istilah penduduk setempat). Karena saya dan istrinya bertetangga desa satu kecamatan, namun beda etnis. Istri Kang Epy, Karina Ranau beretnis Semendo Ogan dan saya beretnis Ranau.

Konon pula, ada kisah berdirinya kerajaan di Rantau Nipis ketika Lumia Ralang Pantang melakukan petualangan sejak memulai pelayaran dari Banten terdampar di Manna (Bengkulu) lalu berjalan berpindah-pindah ke Mekakau, Rantau Nipis, dan akhirnya berhenti di Pekon Pantau.

Yang saya herankan, kok saya tidak menemukan tilasan bekas peninggalan kerajaan Rantau Nipis tersebut. Oh, barangkali konteks kerjaan dimaksud tidak seperti halnya kerajaan di Tanah Jawa yang memiliki bangunan Keraton megah dan terkesan mistik penuh wibawa sehingga disegani kolonial.

Salah satu gaya aktor teater berkarakter | foto: FTNews |

Kembali ke Kang Epy Kusnandar, beberapa waktu lalu diberitakan ia ditangkap polisi atas dugaan menggunakan narkoba. Saya tak begitu mengikuti kelanjutan beritanya bagaimana proses hukumnya, apakah dibui atau menjalani rehabilitasi. Sampai akhirnya terkabar ia berpulang tadi siang.

Aktor berkelas tampak pada aktingnya di sinetron Preman Pensiun bersama Didi Petet almarhum. Tentu sinetron lainnya banyak mencatat nama dan prestasinya. Mengutip Media Indonesia, berikut ini prestasinya: 1) menciptakan karakter ikonik Kang Mus pada sinetron Preman Pensiun.

2) Menjadi motor kesuksesan sinteron Preman Pensiun. 3) Berperan dalam film-film berkualitas seperti Kala (2007), Alangkah Lucunya (Negeri Ini), Madre, Get Married. 4) Menerima berbagai nominasi dan penghargaan aktor terbaik 5) Menginspirasi melalui perjuangan hidup.

6) Berkontribusi dalam dunia teater Sunda. Sebelum dikenal publik luas, Epy sudah lama aktif di dunia panggung teater Sunda. Ia pernah disebut sebagai salah satu aktor teater punya karakter kuat dan punya kemampuan improvisasi tinggi. 7) Jadi representasi aktor karakter Indonesia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...