Tadi saya salat jumatan di Masjid Ad-Du’a jalur dua Jl. Sultan Agung PKOR, Wayhalim. Khatib mengutip QS. Ar-Rum : 41 yang bunyinya seperti berikut: dhaharal-fasâdu fil-barri wal-baḫri bimâ kasabat aidin-nâsi liyudzîqahum ba‘dlalladzî ‘amilû la‘allahum yarji‘ûn (Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka rasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Di salah satu grup whatsapp (bejibun jumlah grup whatsapp
yang meringkus nomor telepon saya sebagai anggota), sebuah video ustaz Zulkifli
M. Ali yang ceramah satu minggu sebelum tsunami Aceh (26/12/2004). Ia melihat
tanda-tanda Aceh akan ditimpakan bencana dan musibah oleh Allah SWT. Oleh karena
itu, ia mengajak ayah bunda dan adik-adiknya untuk hijrah ke Sumatra Barat,
tapi ayah bundanya menolak dengan alasan adik-adiknya hendak menempuh ujian akhir di sekolah.
![]() |
| Jemaah salat jumat di Masjid Ad-Du'a |
Ustaz Zulkifli M. Ali pun
berpesan kepada ayah bundanya untuk berdoa mohon perlindungan kepada Allah SWT
agar terhindar dari cobaan apa pun. Ustaz Zulkifli dan keluarganya hijrah ke
Padang. Setelah kejadian tsunami, ustaz Zulkifli kembali ke Aceh mencari ayah
bunda dan adik-adik, Alhamdulillah mereka selamat. Qodarullah. Seperti kita semua tahu, dahsyat sekali tsunami Aceh kala itu. Kita juga tahu betapa
dahsyatnya air bah yang terjadi pada 26 Desember 2025 lalu.
Air bah atau banjir bandang
yang menerjang kampung, sawah, ladang, ngarai, dan sungai menghanyutkan kayu
gelondongan meluluh-lantahkan sebagian daerah di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Dari video
amatir yang beredar di media sosial, terlihat gambaran kedahsyatan bencana yang
terjadi 26/12/2025 tak kalah dibanding tsunami Aceh 26/12/2004. Bedanya tsunami hanya menimpa daerah pesisir dan sebagian kota Banda Aceh, sedangkan air
bah kemarin di tiga provinsi.
Kembali ke khutbah khatib di
Masjid Ad-Du’a tadi, jemaah salat jumat merunduk tenggelam dalam gelombang
pikiran masing-masing, mencamkan firman Allah SWT dalam Surah Ar-Rum yang telah
saya kutipkan di atas, yang mengandung semacam peringatan agar “mereka” kembali (ke
jalan yang benar). Siapa “mereka” yang dimaksud Allah SWT? Yaitu orang-orang
yang melakukan kerusakan di daratan dan lautan. Kerusakan cagar alam di Sumatra
terjadi begitu masif.
Sebelum hijrah ke Sumatra Barat,
ustaz Zulkifli M. Ali salat jumat di Masjid Raya Baiturahman, Banda Aceh. Kata ustaz
Zulkifli, khatib dengan lantang menyampaikan teguran (padahal disiarkan live di
RRI Banda Aceh): “Wahai Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, tobatlah engkau
kepada Allah, Wahai walikota se-Nanggroe Aceh Darussalam, tobatlah
kalian kepada Allah, Wahai bupati se-Nanggroe Aceh Darussalam, tobatlah
kalian kepada Allah,
“Apakah kalian memejamkan
mata, apakah kalian tidak melihat Aceh dulu terkenal dengan serambi Mekkah,
tapi hari ini Aceh lebih mirip dengan serambi Setan.” Menurut ustaz Zulkifli,
teguran khatib itu karena jengah melihat perilaku muda-mudi yang
terang-terangan ‘kencan’ di sekitar masjid raya. Tak hanya di situ, di tempat
lain pun tak kalah masif. Di jembatan anu-tempat rekreasi anu muda-mudi
terang-terangan pacaran, banci-banci bencong-bencong menjajakan diri.
Menyimak ceramah ustaz
Zulkifli M. Ali di video yang dibagikan kawan di grup whatsapp itu, konteks kerusakan di daratan dan lautan bukan hanya
menyangkut pembalakan hutan konservasi atau cagar alam yang sepatutnya
dilindungi, justru dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit, melainkan juga
menyangkut kerusakan akhlak di kalangan masyarakat. Di Mata Allah SWT itulah
perbuatan lalai akan perintahnya menjalankan amanah sebagai khalifah di muka
Bumi.

Komentar
Posting Komentar