Langsung ke konten utama

“Mind Games”

Ilustrasi, image source: YouTube Sickick

Cemas itu sebenarnya cerita yang berdenging dalam kepala. Endingnya bergantung hendak dibawa ke mana. Hidup bukannya tidak bisa bebas dari ‘masalah’ sama sekali, masalah sebenarnya adalah ketika ‘masalah’ itu menciptakan gelisah karena kepala penuh kisah. Itu yang bikin hidup tidak tenang. Selalu dihantui cemas.

Hidup akan terasa tenang bukan karena terbebas dari ‘masalah’, melainkan karena kisah yang memenuhi kepala dieksplor menjadi cerita yang indah. Sesuatu yang penting bisa terlupa begitu saja, tapi sesuatu yang tidak penting malah diingat-ingat terus. Bahkan, dibuat seperti dendam yang mesti dibayar tuntas.

Kenapa bisa begitu? Karena ‘masalah’ yang menciptakan gelisah tadi. Begitulah pikiran, suka berperilaku nyelenéh, unik, dan licik. Orang mudah saja lupa kunci kontak kendaraan yang baru saja ditaruh, tapi ingat rasa sakit oleh luka di masa lalu. Kenapa? Karena otak pilih kasih, ingat yang tak mudah dilupakan.

Otak lebih mudah mengingat ‘masalah’ negatif daripada ‘masalah’ positif. Begitu pilih kasihnya otak, suka membesar-besarkan kesedihan dan mengecilkan kebahagiaan. Otak lebih memilih apa yang ingin terus dipikirkan ketimbang apa yang mestinya diendapkan dalam memori sadar otak kecil jadi sebuah kewajaran.

Beberapa ‘masalah’ sepertinya tidak ingin pergi dari pikiran, tapi pada akhirnya selalu bisa dilepaskan. Walakin, apa yang dipikirkan, itulah yang dirasakan. Apa yang dirasakan, itulah yang dilakukan. Apa yang dilakukan, itulah yang akan didapatkan. Jadi, kalau mau mengubah hidup, mulailah dari mengubah pikiran.

Kembali kepada cemas. Orang cemas bukan karena apa yang nyata terjadi, melainkan karena dalam pikirannya terngiang-ngiang ‘cerita buruk’ yang sebenarnya bisa dihentikan. Yang patut dicamkan, kecemasan hanyalah ilusi, bukan kenyataan. Cemas hanyalah ‘kisah buruk’ yang bersarang di dalam kepala dan enggan pergi.

Yang benar bukanlah cemas, melainkan tidak memahami cara kerja pikiran yang unik sejak lahir. Hanya dengan memahami pikiran, hidup seseorang akan tenang. Bila tahu cara mengendalikan pikiran, niscaya dia punya kekuatan untuk menyembuhkan luka, menghilangkan rasa cemas yang menjerat pikiran sepanjang waktu.

Lepaskan diri dari jerat kecemasan dengan mengenali cara kerja pikiran. Pikiran bisa jadi jebakan yang sulit dilepaskan atau bisa jadi alat membebaskan. Pilihannya, apakah mau memainkan pikiran atau dipermainkan pikiran. Intinya, hidup ini hanyalah tentang menguasai permainan pikiran. Kata orang sono, “mind games.”


diolah dari IG @mindset.maju


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...