Langsung ke konten utama

Hari Puisi Nasional [3]

Pembacaan "Deklarasi Kembali Hari Puisi Nasional"

Kemarin setelah wara-wiri pulang-balik hotel--TIM, woalah setelah dijelaskan mbak Astin, ternyata acara launching buku Antologi Puisi "Si Binatang Jalang" akan dilaksanakan nanti pada pukul 14. Mbak Astin (lupa nama lengkapnya) adalah pengasuh komunitas teater, berkegiatan di Taman Ismail Marzuki.

Menerima secara simbolis buku "Si Binatang Jalang"

Mbak Astin mengaku, dahulu anak didik Cony Sema (jurnalis RCTI cum teaterwan) almarhum. Juga kenal dengan punggawa Teater Satu Iswadi Pratama. Tak ayal, ingatan saya seketika melayang, berteman di facebook dengan Cony Sema. Sering baca status fb dan tulisannya yang bernas di laman blog pribadinya.

Penyair senior Taufik Ismail membaca puisi

Ya, sudah. Setelah beli kopi varian Kopi Kenangan Mantan di Kopi Kenangan, kami balik ke hotel, leyeh-leyeh, kebetulan hanya berjarak 70-an meter dari TIM, sengaja cari hotel yang dekat agar cukup melaku sikil, daripada ngegrab ato gocar yang mesti mutar-mutar karena jalan Cikini satu arah alias verboden.

Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri membaca puisi

Mendekati pukul 14 saya sendirian kembali ke TIM, lenggang kangkung gak bawa tas. Ketemu Uni Devi Matahari langsung, saya tanya perihal launching buku, "Nanti malam pukul 7, Bapak dari mana, ada puisinya di buku, ya?" "Dari Lampung," jawab saya sambil memperkenalkan nama. "Ini, mbak ini dari Surakarta."

Syafrizal ZA membaca puisi

Uni Devi menunjuk seorang wanita di situ. Saya lempar senyum padanya. Di loby Teater Kecil akan digelar berbagai kegiatan seni sebagai rangkaian perayaan HPN 2025. HPN (Hari Puisi Nasional) bukan Hari Pers Nasional. Senada tapi tak seirama, apalah arti sebuah singkatan. Keduanya literasi semua.

Anto Baret membaca puisi

Banyak wartawan juga sastrawan, banyak lulusan sastra bekerja sebagai jurnalis. Begitulah dunia kerja. Setelah pasti acara nanti pukul 19 malam, lagi-lagi saya balik ke hotel. Nah, baru sehabis magrib saya dan istri ke Teater Kecil, udara semriwing menyergap. Sesi launching buku sengaja ditaruh di akhir acara.

Mengabadikan diri senyampang ada Pak Taufik Ismail di belakang

Itu agar undangan yang mayoritas sastrawan dan budayawan bertahan, gak ngacir setelah dapat buku. Setelah sambutan-sambutan, pembacaan puisi oleh kalangan pelajar yang juara lomba baca puisi, pentas musikalisasi puisi siswa beberapa sekolah, kemudian pembacaan "Deklarasi Kembali Hari Puisi Nasional."

Musikalisasi puisi Chairil Anwar

Deklarasi dibacakan Fikar W. Eda didampingi Uni Devi Matahari, Mustafa Ismail, dan Remmy Novaris DM. Mereka berempat adalah punggawa Komunitas Hari Puisi Nasional (Harsinas) yang menginisiasi perayaan HPN 2025 dengan rangkaian acara lomba menulis puisi bertema "Chairil Anwar si Binatang Jalang."

"Prasasti sejarah" Hari Puisi Nasional 2025

Saya dan mbak dari Surakarta mendapat kehormatan dipanggil Uni Devi Matahari naik ke atas panggung, untuk menerima secara simbolis buku Antologi Puisi Binatang Jalang, turut juga dipanggil Kurnia Effendi dan Helvy Tiana Rosa. "Saya panggil siapa tadi yang dari Lampung, ada di sini... jauh-jauh dari Lampung."

Pernah di sini "Teater Kecil" Taman Ismail Marzuki

Terharu. Sebuah kehormatan bagi saya. Dan juga bagi Lampung yang oleh Nirwan Dewanto dijuluki "negeri para penyair." Memang banyak sih penyair berbakat di sini. Tapi, geliat kepenyairan mereka silent barangkali karena berbagai faktor. Keterbatasan media publikasi dan kesusah-sungguhan menjual buku sastra.

"Pemadam kelaparan" menghangatkan badan setelah diguyur udara berpendingin

Di acara puncak perayaan HPN 2025 tadi malam hadir pula penyair senior Taufik Ismail dan Sutardji Calzoum Bachri serta banyak lainnya. Qodarullah, kebetulan nih ike dipertemukan kembali dengan Yon Bayu Wahyono konco lawas mantan redpel LE-Plus. Kini ia pemimpin redaksi pojoktim.com. Setelah 15 tahun terpisahkan.

Semua foto dokumen pribadi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...