Kontradiksi di Dalam

Dahulu, sebelum maupun masa pandemi, liburan nataru selalu ke Pacitan. Ndilalah selalu ketepakan ultahnya Asih Setyo, ada tumpeng dan ayam ingkung, ada jajanan pasar komplet. Joss gandoss.

Tahun 2022 berantakan liburan nataru. Semula plan A ke Jaksel nengok anak yang sejak Agustus WFO, eh… ombak Selat Sunda tinggi mbanget, gak jadi. Plan B ke Danau Ranau, gak jadi juga.

Tiba-tiba badan demam panas di Minggu (25/12). Belum ambil tindakan ke faskes terdekat, minum obat sakit kepala yang mengandung parasetamol. Ndilalah persediaan parasetamol lagi kosong.

Keesokan pagi ke klinik langganan. Diagnosis dokter Hana disebabkan radang. Tensi darah 130/80, tinggi karena semalaman tidak tidur sama sekali. Padahal, biasanya tensi darah normal, 120/80 mm Hg.

Tetapi, dokter Hana mewanti-wanti kalau seminggu masih panas harus periksa darah. Hari Kamis saya ambil langkah periksa darah lebih cepat, hasilnya Tipes tinggi yang (ada lintasan) mengarah ke DBD.

Tipesnya 320 dan trombosit masih di kondisi aman, 184 ribu. Anjuran dokter Hana harus banyak minum air putih. Kenapa perlu air putih? Karena air putih dapat membantu produksi trombosit.

Dalam sehari trombosit bisa turun begitu cepat, kata dokter Hana. Itu kalau kurang minum. Selama asupan air putih ke tubuh banyak, niscaya akan menahan berkurangnya trombosit secara drastis.

Lah, dalam kondisi sehat saja minum saya kurang dari 8 gelas atau 2 liter sehari. Apalagi kondisi sakit yang serbarasa tak enak. Minum air putih banyak justru menerbitkan rasa mual yang tak nyaman.

Seperti saran dokter Hana, untuk memastikan tingkat kegawatan dua penyakit yang kontradiktif, Tipes dan DBD, hari Sabtu saya kembali periksa darah. Tipes turun, trombosit ikut terjun bebas.

Tipes semula 320 turun jadi 160, tetapi trombosit juga ikut-ikutan turun dari 184 jadi 159 ribu. Benar kata dokter Hana, dalam sehari trombosit bisa turun begitu cepat, kalau kurang minum air putih.

Meski sudah ditolong minum Sari Kurma Angkak, seperti anjuran mbak petugas Lab yang memeriksa darah, ternyata tidak begitu signifikan mengamankan trombosit yang merosot secara drastis.

Artinya, tingkat kegawatan penyakit mendekati vonis untuk masuk rawat inap di ”hotel berbintang.” Kalau benar di hotel berbintang, anggap saja staycation. Kalau hotel berbintangnya ”Bintang Amin”.

Bintang Amin, nama sebuah rumah sakit afiliasi antara RS Pertamina dengan RS yang dikelola sebuah PTS di Bandar Lampung. Ini penjelasan bagi pembaca agar tidak bingung menebak-tebak makna.

Kontradiksi di dalam, judul tulisan ini, memaknai betapa sulitnya penanganan deman Tipes sekaligus gejala DBD. Tipes kan harus banyak pantangan. Sayur dan buah harus bersesuaian dengan lambung.

Sementara DBD yang konon sebaiknya minum jus jambu biji, terang saja bertentangan dengan Tipes. Nyata sekali kontradiksi di dalam. Tetapi, kondisi Tipes yang menurun ada kemudahan tersendiri.

Di samping obat dari dokter, terutama obat tidur sangat menolong untuk istirahat agar cepat pulih. Dibantu Sari Kurma Madu Angkak dan kapsul ekstrak cacing. Masih juga dibantu suplemen Angkak.

Alhamdulillah, demam di masa liburan nataru, perpaduan antara Tipes dan DBD, bisa menuju kesembuhan tanpa harus nginap di Bintang Amin. Karuan kalau hotel berbintang, ya okelah… ygy...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan