Warisan Boomers

 @bangjund213 keliling bersepeda motor tawarkan amplop cokelat dan air mineral, gratisssss (foto: twitter @worksfess)

Mendapati tweet @worksfesssaya tersentak seperti menemukan harta karun. Mengunggah foto pemilik akun YouTube @bangjund213 berpanas-panasan naik motor berkeliling kawasan GIIC (Greenland International Industrial Center) di Cikarang.

Ia membonceng kardus berisi beberapa amplop cokelat dan puluhan botol air mineral. Di kardus dicantumkan tulisan ”Gratisssss, Amplop cokelat untuk yang sedang berjuang mencari pekerjaan.” Di bawah ada alamat facebook dan Youtube miliknya.

Dulu para boomers ketika mencari pekerjaan, harus rajin memelototi iklan di koran atau melihat info lowongan kerja di kantor dinas tenaga kerja. Menyiapkan berkas lamaran dan mengirimkannya ke perusahaan-perusahaan yang butuh karyawan.

Berkas lamaran dimaksud meliputi; surat lamaran dilampiri fotokopi ijazah, transkrip nilai, CV, SKCK, pengalaman kerja bila ada, dan foto 3x4 Cm satu helai. Semua berkas itu dimasukkan dalam amplop cokelat kemudian dikirim melalui pos berprangko.

Amplop cokelat berisi berkas lamaran yang dikirim para boomers ke perusahaan bukan sekadar satu dua, melainkan puluhan bahkan ratusan amplop. Sungguhpun demikian, belum tentu ada satu berkas yang berbalas surat panggilan tes.

Mengapa sampai puluhan bahkan ratusan berkas? Agaknya, demi cepat mendapatkan pekerjaan. Tetapi, perjuangan kadang tidak sesuai ekspektasi. Maksud hati agar cepat menyandang status karyawan, apa daya kalau harus menganggur lama.

Bang Jund berkeliling kawasan industri GIIC membagikan amplop cokelat dan air mineral kepada mereka yang sedang berjuang mencari pekerjaan, itu sebuah kerja mulia. Pada reply banyak komentar yang memuji dan mendoakannya sukses.

Sekali lagi, tweet @worksfess (27/1/2023) saya seperti dibangkitkan dari mimpi buruk di masa lalu. Betapa jenuh rasanya menunggu surat panggilan tes dan wawancara. Namun, yang ditunggu tak datang-datang juga. Waduh di ambang putus asa.

Kenangan lama jadi bangkit semua. Dari mulai saat berjuang mencari pekerjaan sampai diterima dan bekerja dalam tim yang menyebalkan. Tipikal ”darah seberang” yang panas lebih mudah mendidih. Harus pandai-pandai menjinakkan emosi.

Saat bekerja dulu, ketika sesekali harus menghadap kepala personalia —dahulu begitu menyebutnya, sekarang HRD— banyak sekali tumpukan amplop cokelat di atas mejanya. Yang datang setiap hari dan mampir di pos satpam lebih banyak lagi.

Apakah masih ada generasi milenial dan Gen-Z yang melamar kerja dengan mengirim berkas dalam amplop cokelat? Atau ngebolang dari pos satpam ke pos satpam di kawasan industri, menanyakan apakah ada lowongan kerja di sana?

Antrean pencari kerja komplet dengan amplop cokelat yang dijadikan pelindung dari terik matahari (foto: kompas.com / kompasiana 22 November 2021)

Apa yang dilakukan Bang Jund sepertinya hendak menjawaban pertanyaan di atas. Bisa jadi masih ada pencari kerja yang ngebolang dan dimanfaatkan oleh Bang Jund buat beramal. Sekalian promo chanel YouTube biar dapat banyak subscribe.

Pencari kerja yang ngebolang kebanyakan tamat SMA atau SMK, yang memenuhi kriteria pekerja siap pakai, memang dibutuhkan industri padat karya. Mereka perlu ngebolang untuk memburu loker. Ada juga yang melalui sistem outsourcing.

Akan tetapi, kebanyakan anak milenial dan Gen-Z mencari info loker secara online di internet. Beberapa situs tepercaya adalah Jobstreet, LinkedIn, Karir, Glints, Urbanhire, dan Kalibrr. Sudah jamak mereka memiliki akun di salah satu situs itu.

Mereka cukup membuat akun di salah satu situs. Misalnya, di LinkedIn. Cukup aply CV di LinkedIn, kalau nasib hendak mujur, nanti akan ada HRD yang menghubungi. Atau langsung aply ke alamat e-mail perusahaan-perusahaan yang membuka loker.

Anak milenial dan Gen-Z bermandikan berbagai kemudahan. Berbeda jauh dengan para boomers yang masih mengandalkan amplop cokelat dan prangko. Karena itu, tak berlebihan bila amplop cokelat diabadikan sebagai warisan boomers.

Kalaupun masih ada pencari kerja yang ngebolang menenteng amplop cokelat dari pos satpam ke pos satpam di kawasan industri di Cikarang atau di mana pun, merekalah para pewaris. Sesuatu yang sudah ditinggalkan hanya akan jadi sebuah heritage.

Kalaupun ada? Ternyata masih ada. Ya, suatu pagi pengujung Desember lalu, saat duduk di ruang tunggu sebuah klinik pengobatan, sedang menunggu giliran masuk ke ruang dokter, beberapa gadis datang membawa amplop cokelat. Saya menyelidik.

Rupanya mereka memasukkan berkas lamaran. Oh, barangkali klinik itu butuh karyawan baru bidang keperawatan. Klinik memang sedang berbenah, baru saja habis merehab ruang tunggu dengan menambah luas area, masih belum beres benar.

Masih ada tukang wira-wiri. Ada yang menggotong tangga, membawa cat dan alat lain. Terdengar suara dok-dok dok-dok di lantai dua. Bisa jadi sedang menyediakan ruang rawat inap yang representatif. Kecil-kecilan, lama-lama membentuk rumah sakit.

Memang menjamur klinik pratama yang dimiliki oleh perorangan atau badan usaha. Mereka membuka pelayanan IGD 24 jam dan rawat inap. Bagus juga sih, sebagai solusi bagi masyarakat dalam keadaan darurat sebelum dirujuk ke RS yang lebih besar.

Sebagai solusi bagi lulusan pendidikan keperawatan agar tidak lama menganggur, seperti gadis-gadis yang membawa amplop cokelat ke klinik tempat saya berobat itu. Dejavu, saya masih dipertemukan dengan ”pejuang” membawa amplop cokelat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Angin Laut Pantura

Rumah 60 Ribuan