Langsung ke konten utama

Anak Jali

Dalam kondisi kurang sehat, pagi tadi ke pesta pernikahan anak dari almarhum Rijali, adik sepupu muari bak. Agak siang berangkat, agak tidak etis karena mestinya jadi baya (orang dalam) yang datang lebih dahulu dari para tamu. Tetapi apadaya, keringat dingin mengucur deras membuat badan terasa dingin dan muka terlihat pucat. Sehingga jadi baya musah (kurang tidur) atau baya kawasan (kesiangan). Apa boleh buat, kondisi di luar kendali.

Radang tenggorokan yang membuat badan tidak fit. Tidak demam panas, tensi darah terbilang normal di angka 130/70 mmHg dan suhu badan 36,4°C. Itu hasil pemeriksaan di klinik yang ada di jalan jalur dua BKP. Biasanya saya berobat di klinik jalan jalur dua Kemiling. Entah mengapa istri menyarankan berobat di dekat rumah saja. Agak kurang mantap obatnya atau radang tenggorokan yang luar biasa ganas. Karena hingga malam ini masih sakit saat menelan.

Anak Jali yang ketiga, perempuan, sarjana terapan kebidanan kelahiran 1994, mendapat jodoh cowok Lampung asal Punduh Pedada, sarjana komputer kelahiran 1991. Dipestakan dengan adat Ranau, ada arak-arakan, prosesi bulimau, sesikok, dan penetahan adok. Di bawah siraman suhu udara yang amat panas menyengat, semua acara itu dirangkai-lalui dengan lancar dan khidmat. Berbalut pilu memiuh, mengharu-birukan sekaligus menyenangkan juga.

Rijali meninggal 12 Oktober lalu pukul 16:28, hanya hitungan hari sebelum anak gadisnya itu akan menikah. Sempat diijabkan di ruang ICU tempat ia dirawat pada Rabu siang itu, karena kondisinya sudah kritis dan sorenya berpulang. Dimakamkan Kamis pagi di belakang rumahnya pada halaman rumah kecil yang juga miliknya. Setelah bertemu pada niga-hari tahlilannya, saya kembali bertemu dengan kerabat asal Ranau di acara pesta siang tadi.

Ayuk-ayuk dan abang Jali. Tentu orang-orang Ranau yang ada di Bandar Lampung. Karena bagian dari keluarga besar tamong, tentu bukan berkedudukan sebagai tamu pada umumnya, melainkan baya tadi. Nah, kerok, istri dah gak betah menahan gerah, saya agak canggung bila buru-buru pamit pulang. Tunggu sejenak setelah baya lain pulang baru saya masuk rumah pamit. “Niku mek sihat, ya (kamu gak sehat, ya),” tanya mereka. “Iya,” jawabku seraya pergi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...