Langsung ke konten utama

Fiksi Mini 1

Dijamu makan siang di Restoran Kedaton oleh Rancage. Grab, moda transportasi online jadi andalan. Masuklah kawan ke aplikasi pemesanan, si driver bilang via massages kalau dirinya sudah di lokasi, tetapi kami tidak melihat ada kendaraan di mulut gang masuk Sagitarius Inn, tempat kami menginap selama event Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2023 di Ubud, Bali.

Dah, batal. Masuk lagi ke aplikasi pemesanan, berhasil. Sementara saya dan Mas Narko Budiman alias Narko Sudrun Agul-Agul, pemenang Rancage sastra Jawa, sibuk ngotak-atik pesanan, Bang Saut Poltak Tambunan, pemenang Rancage sastra Batak, disibukkan oleh kegupekannya lantaran layar ponselnya tiba-tiba gelap, fitur yang ada di ponsel tidak bisa ia lihat.

Beruntung bisa teratasi kemudian. Bang Saut terlihat lega. Sementara pemenang Rancage sastra Sunda, Hadi AKS, sibuk dengan dirinya sendiri. Sambil menyusuri jalan menuju Resto Kedaton, obrolan ngaco seputar apa yang kami lihat dan alami jadi bahan pemantik tawa. Driver hanya diam sambil nyolong nguping. Tidak terasa perjalanan sejauh 4 km tuntas. Ternyata dekat, jalan kaki pun bisa, namun jalannya memutar karena satu arah.

Turun dari Grab car, celingak-celinguk mencari papan nama penanda resto, tidak terlihat apalagi terbaca. Bertanya adalah kunci pembuka kebuntuan. Ditunjukkanlah bangunan di seberang jalan, terbaca KAYANA. Ternyata sudah berganti nama, entah karena apa. Kami berempat masuk, ditawari pesan minuman oleh pramusaji. Jus melon pengganti jus sirsak yang nggak ada.

Kami beringsut menaiki tangga ke lantai atas yang berupa balkon terbuka. Ada juga turis yang kepincut menikmati sajian di resto ini. Di lantai atas sudah ada ibu Etti RS, ibu Safrina, kang Apip, dll. Masing-masing mencari kawan dengan siapa bisa menemukan kenyamanan. Kang Hadi AKS dengan sesama Sundanese. Saya menarik kursi di samping Mas Narko, memulai obrolan boso Jowo, nyaman.

Pulang, dibungkuskan lauk buat makan malam. Nah, urusan nasinya jadi problem. Cari warung padang gak nemu, ya, udah jalan saja dari pasar rakyat Ubud lewat gang tengah, eh, nemu warung yang bisa beli nasi putih. Empat bungkus nasi putih kami cangking pulang ke hotel. Makan berempat di kamar 8. Nasi dipaksa habis, tetapi lauknya turah dan berakhir di tong sampah.

Sedang siap-siap makan, Muzakir Ismail di Palembang menelepon. Ngobrol sambil nasi sesuap demi sesuap disorongkan ke rongga mulut. Acara hari ini berakhir dengan amat menyenangkan. Perut wareg, pikiran plong. Saatnya membungkus piagam dengan kardus. Selesai, rapi jali, kantuk perlahan menyambangi, ya, sudah, saatnya fiksi mini pertama ini diakhiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

JULI

Bulan Juli lingsir ke ujung cakrawala, banyak momen penting yang ditinggalkannya. 23 Juli 2025 Perpustakaan Nasional Press (Perpusnas Press) RI merayakan HUT ke-6 bareng dengan peringatan Hari Anak Nasional. Di negara kita, HAN tanggal itu. Hari Anak diselenggarakan berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia. Ada Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni. Ada pula Hari Anak Universal, diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain pun memiliki hari anak sendiri-sendiri. Ilustrasi, kalender meja (picture: IStock) Pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, akhirnya  menetapkan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia. 13 tahun sastrawan dan seniman berjuang meraih pengakuan atau legalitas itu sejak kali pertama dideklarasikan di Pekanbaru. Adalah Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri yang menginisiasi deklarasi HPI bersama 40 sastrawan, seniman, dan budayawan dari berbagai daerah Indonesia. Deklarasi hari puisi Indonesia ...