Langsung ke konten utama

Postingan

Senyum di Balik Masker

Di ruang publik, apakah itu bandara, mungkin di stasiun kereta, mal, jalanan, dan di dalam moda transportasi, masih banyak orang mengenakan masker. Lebih banyak cewek, mungkin sengaja agar sesuatu yang pengin mereka sembunyikan akan jadi tersembunyi. Atau agar wajahnya sekadar tersamar. Dipikir-pikir, amat sayang kan bila wajah cantik dan senyum menawan mereka disembunyikan di balik masker. Dan, yang bikin bingung ialah ketika mereka menyapa, orang yang disapa akan bertanya-tanya, siapa itu tadi yang menyapa? Karena mukanya yang tertutup masker. Nah, jadi mbingungi begitu kan. Ekspresi senyum di balik masker | picture: Shutterstock | Liputan6.com | Tadi, sepulang dari membeli kue buat teman ngopi, saya berpapasan dengan dua orang berboncengan. Si sopir di depan mengelakson sambil tersenyum. Saya membalas senyumnya dengan senyum juga kendati saya tidak tahu siapa dia karena wajahnya tertutup masker. Berarti ia kenal atau paham dengan saya. 'Senyum di balik masker' seperti yang d...

Pinggir Kota

Libur maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh hati Jumat kemarin bersambung ke weekend sehingga pekerja bisa istirahat selama 3 hari. Tetapi, macam anak ragil , libur di akhir pekan tidak benar-benar dimanfaatkannya untuk istirahat, nongki  jadi semacam pekerjaan freelance (sampingan) baginya. Malam Minggu seperti ini tadi, ibunya hanya bisa kirim pesan percakapan via whatsapp , mengabarkan kakaknya sedang ada di Depok. Sudah ada semacam kesepakatan di antara mereka, di malam Senin baru bisa ngobrol via video call . Kendati malam Senin itu ia ada lemburan pun, tetap saja bisa disambi ngobrol dengan ibunya. Karena cara kerjanya super santuy . Ilustrasi "pinggir kota" | foto: iStock Setelah alamat kakaknya di Depok itu di- share -kan kepadanya, ia langsung mengecek via google maps , ternyata hanya berjarak lebih kurang 12 kilometer dari kantornya. Tapi, 12 km di Jakarta, menurutnya, tidak bisa dianggap dekat. Bila kena macet dan jalan yang dilalui bercabang-cabang, ujung-ujungn...

Dunia Ketjil 'Kita'

Bakda Jumat tadi 'kita' diajak makan siang di Seruit Buk Isah. Sejak gerai makan ini buka, ada dua gerai penyaji menu serupa yang berdekatan jadi redup. Seruit adalah sambal khas Lampung. Yang biasa digandengkan dengan ikan lele, gurame atau nila (goreng atau bakar). Sambalnya bertoping terasi. Tetapi, yang masih bisa dianggap agak umum adalah menggandengkannya dengan pindang (patin, gabus, dan baung). Yang membuat gerainya Buk Isah ramai pengunjung adalah sambal dan lalapan yang nggak kira-kira, seabrek-abrek, serta turah - turah karena saking banyaknya. Nggak ada istilah mubazir di sini. Pindang Patin di Sambal Seruit Buk Isah Ini agak laen . Pada gerai yang redup itu --ini yang membuatnya redup-- sambalnya dihargai sendiri, lalapan pun sendiri, apatah lagi nasi dan lauk yang dipilih serta minuman-minumannya, serba dihargai sendiri-sendiri. Tarif per item, itu yang membuat konsumen yang tadinya setia, kabur meninggalkan. *** Barusan tadi, bakda Isya, 'kita' diaja...

Lupa Rahim Ibu

Seperti lupa rahim ibu, begitu saya istilahkan ATM milik istri yang di bank satu ini, tadinya dia punya 4 ATM, tetapi satu saldonya sudah dibuat di bawah 100K, otomatis nanti akan hangus dengan sendirinya tanpa harus dibuat dormant oleh PPATK. ATM yang satu ini tiap kali dicolokkan ke ATM bank 'rahim' yang melahirkannya, selalu ditolaknya. Bukan karena salah PIN, melainkan 'seperti lupa rahim' tadi. Tapi anehnya, di mesin ATM bersama bisa digunakan baik untuk menarik dana maupun sekadar cek saldo. Perintah yang terbaca di layar mesin ATM seperti foto di atas. Berkali-kali diutak-atik atas bantuan CS bank, tetap saja begitu. Akhirnya mau tidak-mau ganti kartu untuk 'mengusir' masalah pengganggu transaksi tersebut. Solusi sesuai yang diperintahkan. Setelah ganti kartu, itu pun mesti menunggu 3 jam kemudian baru kartu pengganti bisa dipergunakan. Hal itu setelah validasi data terverifikasi dalam waktu selama 3 jam itu. Artinya, tidak bisa instan langsung jreng glu...

Obat Kangen

Sejak koran tempat kami bertungkus lumus selepas para redaktur merampungkan kerja sebagai editor berita, tak lagi bisa mempertahankan nyawa untuk tetap terbit, lalu kemudian mati, kami pun berhenti bertemu muka. Bersimpangan jalan. Salah seorang partner kerja kala itu, yaitu M. Yusuf Ramadhan alias Ucup, terakhir bertemu waktu tahlil wafatnya Ronald Oesman Indrajaya. Baru kembali bertemu lagi, tadi di pesta pernikahan putri Jamhari Ismanto, salah seorang redaktur di koran kami itu. Ketika saya hendak mencari tempat duduk seusai mengambil makan di meja prasmanan, ternyata ia ada di situ, kami saling beradu tatap dan ia langsung menyambut tangan, kami bersalaman, jabat tangan erat. Sambil menemani saya makan, kami ngobrol. Saling bertanya kabar, kegiatan masing-masing, dan juga menanyakan kawan-kawan lainnya. "Pak Zabidi masih suka nulis, ya?" tanyanya. "Iya, buat kegiatan biar gak cepat pikun," jawabku. Itulah obat kangen lama  nggak ketemu. Mengobrol dan bersenda...

Hinji Lampung, Yai

Bravo, gelar aksi elemen massa mahasiswa/i gabungan dari beberapa perguruan tinggi se-Kota Bandar Lampung dan ojol di Kantor DPRD Provinsi Lampung, 1 September kemarin, berakhir damai. Tak ada bentrok baik antara sesama massa maupun dengan aparat keamanan. Sungguh cantik. Sebab Gubernur Lampung Mirzani Djausal bersedia menemui massa aksi dan mau duduk bersila bersama Kapolda, Pangdam, Ketua DPRD, dan Kajati menemui ojol dan elemen massa. Begitu rileks, damai, enjoy mempertukarkan suara hati. Yai , Lampung agak laen . Tampak suasana pertemuan Gubernur dengan elemen mahasiswa di halaman Kantor DPRD Lampung | tangkap layar Lampung.live Dengan lantang Mirzani mengatakan, "Ojol dan seluruh komponen telah membuktikan hari ini, kita Lampung berbeda dengan tempat-tempat lain." Disambut riuh tepuk tangan. Massa tak ada yang pingsan karena kelaparan atau pun kehausan karena berbagai makanan dibagi-bagikan oleh relawan. Bersedianya Gubernur Lampung dan pejabat-pejabat uspida lainnya...

Malu kepada Diri Sendiri

Dari sekian tanda Indonesia tidak baik-baik saja, salah satunya adalah bendera merah putih lelah setelah dikibarkan selama sebulan penuh. Tanda-tanda lelah itu, robek sudut-sudutnya karena dibanting-bantingkan angin, terpanggang terik, dan digerujug hujan di luar musim. Hujan kesasar 😃😃. Artinya, tahun depan harus beli bendera baru. Malu rasanya, bila masih berniat mengibarkan bendera robek ini. Bukan malu kepada tetangga apalagi negara yang, bisanya cuma negik rakyat dengan pajak yang dinaikkan berlipat-lipat dan menyasar semua sektor, melainkan malu kepada diri sendiri. Malu kepada diri sendiri, saya pikir, adalah bentuk rasa malu tertinggi. Kedudukannya satu tingkat di bawah rasa malu kepada Robbil izzati (Tuhan yang memunyai keperkasaan). Malu kepada diri sendiri mendorong seseorang untuk menjaga akhlak baik, meningkatkan amal, dan menjauhi perbuatan dosa. Dalam hal bendera yang robek di sudut-sudutnya, tema tulisan hari ini, maka tidak ada jalan lain selain memuseumkannya. Rasa...