Bila Itu KehendakNya
jalan tol yang mulus dan lurus menggoda untuk memacu kendara dengan kecepatan maksimal. Microsleep berakibat fatal, kecelakaan terjadi tiba-tiba. (foto: koleksi pribadi) |
Takdir Allah Swt, rencana Tuhan, skenario ’yang di atas’, atau apa pun istilahnya, tidak tertebak dan tidak pula bisa dielak. Sedianya istri saya dan keluarga mbak Sas memang akan berangkat ke Pacitan pada Sabtu (4/12) untuk menengok Ibu yang dalam dua tahun ini tergolek sakit. Tampak lemah tak berdaya lantaran usia yang sepuh.
Takdir Allah rupanya menyegerakan realisasi rencana itu. Rabu (1/12) pagi Allah Swt memanggil beliau pulang ke HaribaanNya. Mbak Sas hunting tiket pesawat ternyata habis, lagi pula pesawat ke Jogja adanya pukul 17 sore dan mendarat pukul 19 malam. Satu-satunya jalan adalah bawa mobil, anak si mbak terpaksa men-driver-in sendiri.
inilah peta jarak yang ditempuh (foto: google) |
Menempuh Bandar Lampung—Solo (767,9 Km, 11 jam 11 menit) dan Solo—Pacitan (108,5 Km, 2 jam 34 menit). Meski ditolong jalan tol, tentu cukup melelahkan bila menyetir sendiri tanpa ada pengganti. Keberadaan rest area di titi-titik tertentu sepanjang jalan tol, fungsinya adalah tempat mengaso melepas lelah dan meladeni kantuk sejenak.
Meladeni kantuk dengan tidur sebentar di rest area, niscaya akan membuat badan sedikit fresh. Apalagi bila tidur itu bukan di dalam mobil, melainkan di tempat khusus berpendingin udara. Semua rest area dilengkapi fasilitas super komplit. Masjid, toilet, minimarket (biru dan merah itu), SPBU, kedai kopi jenama terkenal itu. Bahkan tempat pijat pun ada.
Dahulu beristirahat di rest area pada mulanya dibatasi durasi waktu tertentu. Tetapi, dengan alasan keselamatan pengguna jalan tol yang kelelahan mengemudi, maka sekarang dibolehkan beristirahat sepuasnya. Bahkan dibolehkan menginap sampai pagi baru melanjutkan perjalanan. Enaknya pengguna jalan tol, dimanjakan fasilitas seperti itu.
Sebelum jalan tol Pejagan tersambung ke Brebes Timur (Brexit), tempat beristirahat favorit penempuh perjalanan adalah di SPBU Muri Tegal. Ada ruang tidur berpendingin udara, kafe dengan menu rawon dan soto, minimarket 24 jam. Dahulu jumlah toiletnya 107, tapi kini tinggal 45 ruang saja. 35 ruang toilet pria dan 10 toilet wanita.
Pemangkasan jumlah toilet dari 107 ruang menjadi tersisa 45 ruang, demi efisiensi pemeliharaannya. Dan tentu saja lantaran sejak jalan tol Brexit—Pemalang tersambung, SPBU ini perlahan ditinggalkan. Alasannya, bila exit untuk beristirahat di situ, nanti bila hendak kembali masuk tol lumayan jauh baru bertemu gate tol. Tidak efektif.
SPBU Muri Tegal menjadi jawara toilet terbanyak sejak 2004. Setelah 14 tahun, rekor Muri berpindah ke SPBU Muri 2 di rest area KM 228A tol Kanci—Pejagan (Cirebon). Jumlah toiletnya 308, khusus difabel sebanyak 12, untuk wanita 118, untuk pria 92, dan 86 unoir. Dengan toilet sebanyak itu, yang singgah beristirahat tidak perlu antre.
Betapa pentingnya memperhatikan kendaraan yang ditumpangi, dipastikan dalam kondisi prima dan harus laik jalan. Begitupun kondisi pengemudi, tidak dalam pengaruh minuman keras dan obat-obatan terlarang sehingga menyetir dalam keadaan mabuk. Harus fit dan tidak dalam keadaan mengantuk agar terhindar dari microsleep.
Microsleep bisa menyerang orang yang kelelahan karena mengemudikan kendaraan dalam waktu yang panjang. Microsleep terjadi dalam hitungan detik, sebegitu singkatnya sehingga pengemudi yang diserang microsleep sering tidak menyadarinya. Kondisi microsleep inilah yang sering menjadi pemicu terjadinya kecelakaan.
Selamat di jalan sejak berangkat hingga sampai tujuan, tentu itu yang diinginkan setiap penempuh perjalanan. Berdoa agar selamat di jalan, dijauhkan Allah Swt dari marabahaya dan hambatan niscaya selalu dilakukan orang yang akan bepergian. Akan tetapi, kecelakaan yang (bisa saja) terjadi adalah sesuatu yang tak bisa diprediksi.
Diprediksi saja tidak apalagi dihindari. Semua hal ihwal kehidupan manusia tak lepas dari takdir Allah Swt, rencana Tuhan, dan skenario ’yang di atas’. Peruntungan baik maupun buruk, qadha dan qadar. Allah Swt telah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada makhlukNya. Setiap manusia telah Dia atur nasibnya sejak zaman azali.
Meski segalanya telah diaturNya sebagai nasib yang akan menimpa, manusia hendaklah berikhtiar menempuh jalan yang terbaik. Bagaimana hasil dari ikhtiar itu nantinya, hendaklah diterima dengan lapang dada, karena itulah takdir Allah Swt. ”...Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (Al-Ahzab [33] : 38).
Kecelakaan pasangan Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah pada 4 November 2021 di tol Jombang, bisa jadi benar karena sopirnya mengantuk, diserang microsleep. Apa pun penyebabnya, kematian seseorang dapat datang kapan saja dan di mana saja. Kematian seseorang tidak lepas dari qadha dan qadar Allah Swt. Begitu narasinya.
18—27 Juni lalu, di ruang dan waktu sebelum diberlakukannya PPKM Darurat per 3 Juli, alhamdulillah kami sempat pulang menengok Ibu. Beliau semakin lemah. Tak ada lagi dialog, hanya tatapan mata dan anggukan. Tampaknya beliau masih mengenali kami. Itulah tatapan mata kami terakhir dengan beliau. Di pagi kami berpamitan.
Bila itu kehendakNya, qadha itu ibaratkan ”rencana” dan qadar sebagai ”realisasi” yang terjadi. Ibu berpulang sebelum istri saya datang menengoknya. Nabi Muhammad Saw menegasikan dalam sabdanya, ”Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak limapuluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” HR. Muslim.
#TujuhHariWafatnyaIbu
#TujuhHariBeliauBerpulang
#BakdaTahlil
Komentar
Posting Komentar