Yang Tersimpan dalam Ingatan
”Menonton Pesta Demokrasi”, tulisan AYE di Majalah Sapu Lidi. (foto: zy) |
Sejak berniat mengurangi aktivitas facebookan, 15/10/2020 Yusrin Tabri minta pertemanan. Tentu saja saya konfirmasi, ia teman
saat jadi kader HMI Komisariat AMP YKPN Jogja.
Niat tetap
saya jalankan, berkurang perlahan-lahan. Buka facebook sesekali
hanya ngintip aktivitas teman-teman yang lain. Tak terasa
tahun 2020 tamat, berganti tahun baru 2021.
1 Januari
2021 mata saya menangkap nama Aminoto Unzir di Google.
Saya tercekat membaca kabar duka yang diposting teman-teman putrinya alumnus
SMADA Jogja.
Aminoto
Unzir sudah sejak lama saya lacak akun medsosnya di Google.
Berulang kali saya browsing sampai menggunakan nama anaknya
pun saya coba, tapi hasilnya nihil. Zonk melulu.
13 Februari
2021 pukul 20:47 Aminoto mengajukan friend request sekaligus
mengirim messenger. Baru saya konfirmasi dan balas messenger darinya
pada 14/2/2021 pukul 07:55.
Tanggal 17
Februari 2021 saya ngepos tulisan berjudul Telaju
Muloh di facebook sebagai bentuk ekspresi rasa bungah dipertemukan
dengan Yusrin dan Aminoto oleh facebook.
17 Maret
2021 anak kami wisuda, saya dan istri ke Jogja. Ini kesempatan temu kangen dengan
Aminoto. Di lobby Ayaartta Malioboro Hotel kami berdua ngobrol hingga pukul
23:00.
Tapi, yang
terjadi kemudian nyatanya saya tidak benar-benar muloh (kembali)
asyik masyuk main facebook. Tetap saja akun facebook saya
lebih sering digembok dan jarang saya tengok.
Tahun 2021
merambat, serpihan tanggal dikoyak waktu. Tak terasa pertengahan tahun. Ada
sayembara menulis puisi berbahasa Lampung ditaja Komite Sastra DKL.
Tayang
di facebook Udo Z Karzi 6
Juni, saya buka facebook sesekali memantau seberapa gercep
ulun Lampung mengapresiasi hajat ini. Berapa partisipan yang mengirim
karyanya.
Durasi
waktu yang disediakan panpel untuk sayembara ini lumayan panjang, deadline 31
Juli. Saya baru mengirimkan puisi dan esai ke e-mail panpel
pada 25 Juli 2021 pukul 22:04 WIB.
Sayembara
ditutup, terhimpun 127 puisi dari 93 penulis dan 31 esai dari 31 penulis. Dewan
juri diberi waktu tujuh hari untuk mengurasi semua naskah yang masuk, puisi dan
esai.
Sayembara
Menulis Puisi Berbahasa Lampung, Dewan Juri yang mengurasi karya peserta untuk
memilih pemenang adalah Anshori Djausal, Iqbal Hilal, dan Yinda Dwi Gustira.
Sayembara
Menulis Esai Sastra ”Budaya Lampung dalam Keanekaragaman Indonesia”, jurinya
adalah Iwan
Nurdaya Djafar, Kahfie Nazaruddin, dan Ahmad
Yulden Erwin.
Pada poster
maklumat sayembara diterakan 10 Agustus 2021 sebagai hari diumumkannya
pemenang. Tapi, Udo Z Karzi mengabarkan bahwa pengumuman diundur. Oke, tak
apa-apa.
Saya baru
buka facebook tanggal 12 Agustus 2021, ternyata hasil
sayembara diumumkan 11 Agustus 2021 siang. Wall facebook penuh
dengan link berita pengumuman sayembara.
Nama saya
diterakan sebagai judul berita pada beberapa media digital yang terbit di
Bandar lampung. Bro Oyos
Saroso H N dan Ahmad Yulden Erwin
mengajukan friend request.
Sejak hari
itu saya terhubung di facebook dengan keduanya. Oyos sebagai
jurnalis The Jakarta Post dan AYE sebagai aktivis Komite Anti Korupsi (KoAk)
dan Majalah Sapu Lidi.
Beberapa
hari berikutnya menyusul Bang Iwan Nurdaya Djafar minta pertemanan. Budayawan
Lampung yang purnatugas sebagai ASN ini baru saja menerbitkan buku Lampung
Tempo Dulu.
Setiap ada
yang mengulik dunia kepenyairan Negeri Para Penyair, nama mereka pasti masuk
dan sejajar dengan sekian nama penyair Lampung lain yang semuanya populer.
AYE
termasuk facebooker yang aktif ngepos status
berupa tulisan di facebook. Posting puisi bukan saja karyanya pribadi,
melainkan juga karya penyair lainnya. Di-like banyak teman.
Meski facebook berubah
menjadi Meta, sayang saya kadung berniat mengungsi facebookan sehingga
jarang akan terlihat menyala warna hijau pertanda saya aktif di facebook.
Setelah
memposting tulisan berjudul ”Selamat Jalan Ibu” 1 Desember 2021 sore, saya
kembali me-Log Out facebook. Hening dari pikuk aktivitas teman. Happy kondisi
”terkunci”.
Buka fb 1
Februari, status AYE 30 Januari pukul 12:46 WIB berjudul ”SURAT UNTUK
PENCALONAN HADIAH NOBEL SASTRA BAGI GOENAWAN MOHAMAD PADA TAHUN 2023.
Saya
menyatakan mendukung, saya tulis di kolom komentar, ”Saya dukung GM”. Ia kasih
emoji love dan ucapan terima kasih. ”Kembali, Pakcik. Gong Xi
Pakcik [emoji ketawa],” balasku.
Balasan
saya yang memelesetkan Gong Xi Facai itu dihadiahinya emoji love.
Ia pun menulis balasan Gong Xi Fa Cai. Gantian saya hadiahkan emoji love.
Itulah interaksi kali terakhir kami.
Kata Facai saya pelesetkan jadi Pakcik (Paman, Bahasa
Melayu) untuk membahasakan sapaan akrab kepada AYE dengan memanggilnya Pakcik. Beliaune
enjoy pula, memberi emoji love.
Sejak
interaksi terakhir itu, saya tak tengok-tengok facebook.
Jumat, 18/2/2022 sekilas terbaca di IG Udo Z Karzi menggagas pengumpulan
testimoni untuk mengenang AYE.
Setengah
kaget saya, bertanya dalam batin apakah AYE berpulang? Tujuhbelas hari tak
menengok facebok rasanya biasa saja, tapi ada hal sepele dan
besar luput dari pengetahuan.
Sepulang
jumatan saya buka facebook, terbaca di wall fb AYE
pemberitahuan dari putrinya pukul 15:18 bahwa AYE berpulang ke Rahmatullah pada
13 Februari 2022 pukul 14:40 WIB.
Dihitung
dari hari pertemanan kami hingga hari wafatnya beliau bisa dikatakan baru
seumur jagung. 12 Agustus 2021—13 Februari 2022, total waktu yang terhimpun
sebanyak 186 hari.
Praktis
baru enam bulan. Dalam waktu sesingkat itu AYE giat sekali memposting status
di facebook, puisi karyanya pribadi maupun milik orang lain dan
berbagai tulisan lainnya.
Status
terakhirnya di facebook pada 11 Februari 2022 pukul 04:26 WIB
berupa tulisan berjudul ”SEBUAH PUISI BAGI SUBCOMANDANTE MARCOS” berikut satu
judul puisi di bawahnya.
Takkan ada
lagi statusnya di wall facebook miliknya. Teman-temannya yang
lain tentu masih akan sering men-tag namanya di status untuk
merayakan indahnya pertemanan.
Sebagaimana
AYE men-tag banyak teman dalam setiap tulisan atau statusnya
di facebook. Benar-benar banyak, tidak sekadar satu dua, tapi
puluhan. Sebuah kerja yang sungguh-sungguh.
Meski tidak
akan lagi membaca tulisannya di wall facebook, buku puisinya
bisa jadi pengobat rindu terhadap dirinya. Pemantik kenangan pada namanya yang
tersimpan dalam ingatan.
Mengenang
pertemanan kita di facebook, bagimu Bro AYE, puisi
berjudul ”Replika Ingatan” ini saya persembahkan. Berbahagialah engkau di Sisi
Rabb yang Mahakasih.
Replika Ingatan
Puisi Zabidi
Yakub
Kematian adalah
kebahagiaan dalam bentuk lain
Ada syarat agar yang
mati menemu bahagia
Kita yang ditinggalkan
harus rela melepaskan
Dengan tidak bersedih
dan menangisi kepergiannya
Sedih itu hanya ego
sesaat, ego karena kehilangan
Kehilangan orang yang
biasa selalu ada di samping kita
Kalau kita yang
ditinggalkan ini, bisa rela melepaskan
Yang mati menuju bahagia
Kematian adalah
kebahagiaan dalam bentuk lain
Ada syarat agar yang
mati lempang jalan
Kita yang ditinggalkan
harus sadar diri sepenuhnya
Tidak menggali lubang
perasaan terlalu dalam
Yang mati, namanya juga
mati, sudah tak merasakan
Kita yang hidup ini,
digelitik ingatan
Setiap saat sepi, getir
kehilangan, dan digigil kenangan
Bergantian menampakkan replika
ingatan
Bandar Lampung, 18 Februari 2022
Komentar
Posting Komentar