Pengantin Sunat
Body semlehoi biduan Syila Music. Asoy Geboy |
Undangan
hajatan itu disebar di WAG. Entah siapa yang memulai kali pertama menyebar
undangan hajatan melalui WhatsApp. Lalu diikuti banyak orang dan jadi budaya
baru.
Saya baca
sekilas untuk memastikan di mana alamatnya. Oh, di situ. Dulu pernah ada
hajatan di situ. Sekira tahun 2014, saat akan digelar pilwalkot. Hajat
demokrasi lima tahun sekali.
Di
panggung hajatan, salah satu calon wali kota mengambil kesempatan untuk
kampanye. Berpanjang kata, bersilat lidah, bermanis bujuk rayu. Kedengarannya
seperti cengki nian.
Calon wali
kota ini dulunya wakil wali kota. Terang saja susah sungguh menaklukkan calon
wali kota incumbent. Yang dari segi apa pun menang banyak. Ya modal ya
elektabilitas.
Kemarin
berdua istri hadir lagi di alamat itu. Dari rumah sudah pukul setengah dua
siang. Sengaja nggak pergi pagi. Agak ngantuk, tidur dulu sejenak. Lah tuwo gak
oleh ngoyo.
Pas azan
Zuhur bangun, ambil air wudu dan salat. Kemudian bersiap. Hari masih terang,
tak ada gejala bakal hujan. Sampai TKP rinai gerimis mengundang. Untung tidak
menderas.
Sempat
berhenti di tepi jalan untuk memastikan di gang ke berapa jalan menuju tempat
acara walimah itu. Sebelum telanjur kebelasuk dan sesat. Mending sesat di jalan
yang benar.
Kembali
membuka WhatsApp. Membaca ulang foto
undangan yang di-share di WAG.
Setelah pasti bergerak jalan lagi. Menghitung gang sekian, sekian, dan sampai
di gang tujuan.
Ketemu
penjor penanda lokasi. Penjor berupa janur kuning melengkung selalu ada di
ujung jalan menuju alamat si empunya hajat. Siap memandu para pencari jejak
lokasi.
Baiklah
hajatan kemarin ditandai sebagai kondangan ketiga. Kondangan pertama Zahdi
Basran ngunduh mantu di Gedung Wanita (9/1), kondangan kedua tempat zakaria di
Jl. Kayumanis (15/1).
Kondangan
pertama ada di postingan Ujung Lidah
Omicron. Kondangan kedua ceritanya di postingan Mampir Ngguyu. Kondangan ketiga ini ceritanya. Kondangan
seterusnya, nanti.
Sampai
lokasi masih ketemu sekelik yang sepertinya masih betah menikmati glowing muka
biduanita Syila Music yang ditanggap sebagai penghibur tetamu. Begitu
terkesima.
Sebagian
besar sudah pada pulang. Sesuai, mungkin mereka sejak pukul sepuluhan dan lagi
pula waktu beranjak ke arah senja. Matahari perlahan lingsir ke barat. Terhuyung.
Begitu
sampai lokasi biduanita Syila Music berjejer menghadapi para lelaki yang
berjoget. Satu hadap satu. Bertukar senyum, pendar bahagia berloncatan dari
mata para lelaki.
Kami
langsung diarahkan ke meja hidangan. Saya mengambil porsi makan agak banyak karena
ini makan siang expired. Makan siang
lewat, makan sore belum. Apalagi malam.
Selesai
makan, orang tua si empunya hajat menghampiri kami, di WAG namanya Udin Kaba.
Beberapa waktu lalu nikah lagi. Mukanya agak tirus. ”Habis sakit dan opname,”
kilahnya.
Ngobrol
ngalor ngidul. Ia ceritakan anak mantu yang rumah mereka bersebelahan. Istri
barunya tak tampak. Istri saya tanya, ”pengantinnya mana?”. ”Sunatan cucu,”
jawabnya.
Owalah, pengantin sunat tah ini rupanya. Anak semata wayang.
Saya membatin pantas saja hiburannya nanggap Syila Music yang body biduannya semlehoi. Tarik, Maaang.
Kalau di
Jawa kayak gitu itu yang ditanggap mesti wayang. Akan tetapi kondisi pandemi
Covid-19 yang varian Omicron lagi menggila ini kepriben gitu. Di sini tentu
lain.
Kata Oom
Udin Kaba (Akas bocah yang disunat), kalau izin hajatan diajukan hari ini tentu
bakal ditolak. Ambyar dong semua rencana. Untung sudah diajukan sejak jauh-jauh
hari.
Benar
juga, mulai Jumat kemarin lusa PPKM berlaku dan PTM dihentikan. Kembali anak-anak
belajar daring. Varian Omicron menjerumuskan kita ke jurang gelombang ketiga.
Tragis
sekali bagi mereka yang sudah ancang-ancang bakal menggelar hajatan di
mingu-minggu ke depan ini, tentu banyak yang cancelled. Gelo tur kuciwo. Modar.
Gedung,
katering, rias pengantin, dekor, EO, dll. sudah di-DP, Surat undangan siap
disebar. Alamat itu doku bakal mangkrak. Ditarik ulang tak bisa, lanjut entah
kapan pastinya.
Yang sudah-sudah, ada beberapa kejadian seperti itu. Uang DP yang telanjur dibayarkan, seret narik kembali. Apa iya harus ikhlas seumpama bersedekah. Gak kuku lah yaw...
Kalau
begitu enak di elo gak enak di gua. Yang bener aja, itungan bisnis itu
sebisanya saling menguntungkan. Masa situ maunya untung, seenaknya bikin orang
buntung. Gila apa...
Komentar
Posting Komentar