PPKM Super Pedas
Gilo, pecak Seblak bae ado levelnyo (gila, macam seblak aja ada levelnya). Cuko pempek wong kito bae dak katik level-levelan (Kuah empek-empek kita aja nggak ada level-levelan). Seperti yang sudah saya singgung di tulisan berjudul ”Penanda” bahwa PPKM Darurat yang mungkin akan diperpanjang, ternyata benar. Sah, PPKM Darurat diperpanjang, 21–25 Juli 2021. Namanya PPKM Level 4. Ini pemerintah seriusan becanda apa sekadar iseng mempermainkan perasaan rakyat dengan istilah itu.
Sebelum sampai pada tanggal 20 Juli, sudah santer beredar berita di media daring bahwa PPKM Darurat akan diperpanjang hingga akhir Juli. Bahkan ada yang menulis hingga 2 Agustus. Tetapi, banyak pula aksi penolakan disuarakan melalui media sosial. Perang opini di jejaring media (mainstream dan non-mainstream) itu bikin pemerintah pusing. Kata Ganjar Pranowo, kalau PPKM diperpanjang, berat bagi rakyat. Pemerintah pun memutuskan finally hanya sampai 25 Juli.
PPKM Level 4, itu sebutannya. Kalau ibarat Seblak atau Basreng, level 4 itu superpedas. Tahun 2020, guna menekan eskalasi jumlah orang yang positif Covid-19, pemerintah daerah menetapkan kebijakan karantina wilayah. Pemerintah pusat menetapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kedua kebijakan ini diperpanjang berulang-ulang. Akan tetapi hasilnya tak manjur. Covid-19 terus melaju masuk gelombang kedua dengan menyebarnya varian Delta B.1.617.2.
Setelah berjalan dua pekan, ternyata PPKM Darurat tidak membuahkan hasil yang lebih baik. Menteri Marves Luhut Binsar Pandjaitan sebagai koordinator PPKM Darurat dengan legawa menyatakan permintaan maaf ke seluruh rakyat berkaitan PPKM Darurat yang belum optimal. Menteri BUMN Erick Thohir pun menyatakan permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia terkait penanganan pandemi Covid-19 jika dalam menjalankan penugasannya belum sempurna.
Dengan permintaan maaf kedua Menteri Kabinet Indonesia Maju di atas, bisa dipahami bahwa penerapan PPKM Darurat selama dua pekan (3–20 Juli) masih belum efektif, sebagai bukti kasus harian jumlah orang terkonfirmasi positif Covid-19 terus meninggi. Kementerian Kesehatan untuk pertama kalinya mencatat jumlah kasus konfirmasi positif melampaui 50 ribu. Pada Rabu (14/7/2021) berjumlah 54.517 orang, Kamis (15/7/2021) sebanyak 56.757 orang. Opo ora ngeri?
Para pengusaha sebenarnya berancang-ancang untuk memulai merekrut karyawan, dengan asumsi begitu memasuki tahun 2021 curva Covid-19 sudah melandai. Eh.. ndilalah muncul varian baru Delta B.1.617.2 yang pertama teridentifikasi di India. Yang lebih berbahaya dan mudah menyebar dibanding virus corona sebelumnya atau varian lainnya. Penambahan orang positif Covid-19 ini beradu balap dengan jumlah orang yang sudah divaksin. Saling kejar mengejar dan salip-menyalip di tikungan. Hehehe.
Tampaknya apa yang dikatakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di atas bukanlah sedang becanda. Betapa berat dampak pembatasan kegiatan masyarakat bagi pekerja sektor informal seperti pedagang kaki lima (PKL), pedagang keliling, sopir angkot atau moda transportasi online, tukang becak, dan lain-lain. Pengusaha UMKM yang baru saja memulai kembali usahanya tiba-tiba terduduk lesu patah semangat karena kembali diminta menutup kegiatan selama PPKM Darurat.
Terpaksa deh ada pengusaha yang menunda melakukan rekrutmen karyawan. Lebih berpikir realistis untuk melakukan efisiensi agar (minimal) bisa bertahan dan tak sampai kolaps sama sekali. Meskipun ada juga pengusaha yang ’gagah berani’ tetap ’maju terus’ melalukan rekrutmen karyawan secara bertahap. Ini juga pilihan realistis dan sebagai antisipasi bila perekonomian perlahan pulih, mereka siap bertempur habis-habisan menggenjot pasar meraih kemenangan.
Sebenarnya masyarakat sudah lelah aktivitasnya dibatasi melulu. Apa hasil dari kebijakan karantina wilayah, PSBB, dan PPKM Darurat? Rakyat terpuruk ekonominya, lelah fisik, dan terganggu psikisnya. Terutama di sisi pekerja yang begitu terdampak dengan adanya PHK besar-besaran. Di sektor pariwisata, tempat-tempat wisata langsung sepi. Sektor ritel, pusat perbelanjaan dan mal tutup karena tidak boleh ada kerumunan. Food court di mal juga terpaksa tutup dan terancam bangkrut.
Di samping sektor-sektor terdampak PPKM Darurat di atas, masih ada sektor yang tetap bisa menjalankan kegiatan usaha, yaitu ekonomi kreatif. Ada pekerjaan tertentu yang bisa diselesaikan oleh pekerjanya di rumah masing-masing (semacam WfH), misalnya batik dan barang kerajinan lainnya. Sehingga tidak menimbulkan kerumunan di tempat usaha induknya. Pemasarannya pun bisa tetap jalan dengan adanya transformasi digital. Sektor kreatif inilah yang minim melakukan PHK.
Yang masih bisa terus bertahan meski pandemi adalah usaha kuliner rumahan. Kafe yang tidak boleh melayani tamu makan di tempat masih bisa melayani pemesan secara take away. Keberadaan layanan pesan antar go food di aplikasi gojek atau grab food di aplikasi Grab telah memberi kemudahan para penikmat kuliner yang tak boleh ke mana-mana dan harus di rumah saja. Usaha kuliner jalan terus, para pelanggannya tak kehilangan klangenan. Keduanya saling melengkapi antara demand dan supply.
Kuliner kaki lima seperti Boba, Thai Tea, Cilok, Cimol, Cireng, Batagor, Seblak, dan yang satu ini tentunya, yang namanya serupa kebijakan pemerintah pusat menangani pandemi. Yaitu pentol paha kriyuk maknyus (PPKM), berupa pentol yang dibentuk menyerupai paha ayam lalu digoreng garing kalau dimakan tercipta sensasi kriyuk. Diolah dengan bumbu rempah membuat rasanya maknyus. Dicocol sambal yang pedasnya level 4. Jadilah PPKM Super Pedas. Mereka itulah yang tetap eksis.
Komentar
Posting Komentar