From Jogja with Love
![]() |
Hotel Harper Malioboro, di sini kami digoyang gempa, Senin, 28/6/2021. (foto: koleksi pribadi) |
Lagi, ketika pemerintah menetapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat, yang dimulai tanggal 3 hingga 20 Juli 2021, hotel-hotel di Jogja yang terpaksa tutup, menyikapinya dengan kreatif. Beberapa hotel menyalakan lampu pada beberapa kamar saja, sehingga dari luar terlihat membentuk simbol love. Simbol yang menyiratkan kasih sayang.
Sebagai wujud keprihatinan atas pandemi berkepanjangan dan situasi yang memberatkan usaha perhotelan. 52 hotel menyalakan lampu dengan simbol love dari pukul 19 hingga 21 WIB pada 16—18 Juli 2021 malam. Di antaranya Novotel Suites, Jambuluwuk Malioboro, Pesona, Harper Malioboro, Grand Ambarrukmo, The 101 Yogyakarta Tugu, POP Timoho, Grand Orchid, Sahid Jaya Hotel, dll.
![]() |
Hotel Novotel Suites (foto: mereka.com) |
Hal begitu sebenarnya sudah mereka lakukan sejak tahun 2020 lalu. Di saat awal pandemi Covid-19, ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan, sektor pariwisata ditutup. Praktis orang-orang tidak bisa pergi ke mana-mana. Jangankan berwisata ke Jogja, wong mudik untuk sungkem ke orang tua saja dilarang. Hanya ”pulang kampung” yang boleh. Banyak yang mencoba menerobosnya.
Di masa krusial sebelum diterapkan PPKM Darurat, beruntungnya kami sempat pulang ke Pacitan selama 18 hingga 27 Juni 2021 menengok Ibu yang sejak tahun lalu terbaring lemah dalam sakitnya karena faktor usia yang sepuh. Desas-desus akan ada PPKM Darurat sudah tercium aromanya, maka kami putuskan untuk kembali pulang ke Lampung. Dan sempatkan mampir semalam di Jogja.
Digoyang Gempa
Tanggal 27 Juni malam kami ”numpang” menginap di Harper Malioboro Hotel. Malam hujan menyimbur, tak bisa ke mana-mana. Hanya bisa makan malam di angkringan di emper pertokoan tak jauh dari hotel. Sesudahnya kembali ke hotel dan turu. Pagi 28 Juni, sedang zikir usai salat subuh terasa hotel bergoyang, eh ternyata gempa. Yaelah, semalam di Jogja digoyang gempa.
Meski hotel bergoyang, saya teruskan berzikir sembari menikmati sensasi ayunannya. Sementara istriku seusai salat dan berzikir kembali ke dalam kemul sambil menonton TV. Kebiasaannya di rumah nonton TV sambil remote dipegangi ternyata terbawa-bawa ke hotel. Dia kemulan bersandar di bantal memegang remote sedang matanya melayap, lier-lier setengah turu ditimpa kantuk.
![]() |
Hotel The101Yogyakarta dipotret dari jendela Hotel Harper Malioboro lantai 3 pada Minggu malam (kiri) dan Senin pagi (kanan), 27–28 Juni 2021. (foto: koleksi pribadi) |
Diamuk Gelombang
Indonesia kini diamuk gelombang kedua Covid-19. Gelombang pertama berawal diumumkannya dua orang positif corona. Diumumkan langsung Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Senin (2/3/2020). Sejak itu eskalasi kasus positif corona bertambah terus. Bak amukan gelombang dahsyat, terus beranjak naik hingga mencapai puncak gelombang pertama, Desember 2020—Februari 2021.
Gelombang kedua berangkat dari Maret 2021. Apa pun upaya pemerintah membendungnya, tak pernah berhasil. Eskalasi kasus positif Covid-19 bertambah terus, yang meninggal bertambah, yang sembuh juga mengikutinya. Namun, bagaikan bom waktu, akhirnya meledak. Hingga pertengahan Juli 2021 ini kasus harian Covid-19 melampaui 50.000. Pemerintah pun kewalahan.
Pada gelombang kedua ini, muncul varian Delta B.1.617.2 pertama kali teridentifikasi di India. Virus ini disebut-sebut lebih bahaya dan mudah menular dari virus corona sebelumnya atau varian lainnya. Ditengarai virus ini menyebar di lebih 100 negara sehingga tak pelak negeri kita tercinta ini pun sulit menghindar. Lebih-lebih ketika orang India menggunakan pesawat carteran dibolehkan masuk ke mari.
Puncak Batas
Upaya menanggulangi sebaran Covid-19, di berbagai daerah muncul gerakan-gerakan relawan. Di Jogja sendiri ada Forum PRB, MCCCU, NU, Jaringan GUS-DURian, dan SONJO. Para relawan itu berkolaborasi dan bersinergi mencari solusi menyelesaikan masalah. Melalui WAG mereka menjembatani para pihak yang membutuhkan bantuan dengan para pihak yang ingin menyalurkan bantuan.
![]() |
Hotel Jambuluwuk (foto: merdeka.com) |
Akan tetapi, ketika badai tsunami Covid-19 varian Delta B.1.617.2 akhirnya melantak Jogja, para relawan kewalahan. Mereka telah sampai puncak batas kemampuan. Hal itu disampaikan melalui pernyataan sikap gerakan dan lembaga kemanusiaan di DIY, yang diunggah di situs GUS-DURian, Rabu (30/6/2021). Amukan ”banjir rob” varian Delta B.1.617.2 lebih dahsyat dan melelahkan.
Sejatinya, apa pun kebijakan pemerintah. Apakah PSBB atau PPKM Darurat, ternyata tidak bisa menyublim keadaan menjadi lebih baik. Bapak Luhut Binsar Pandjaitan selaku koordinator PPKM Darurat juga sampai puncak batas lelah, dengan legawa menyatakan permintaan maaf ke seluruh rakyat berkaitan PPKM Darurat yang tak optimal. Dan rakyat menjadi korban, PPKM Darurat diperpanjang.
Komentar
Posting Komentar