Sudah 15 Bahasa Daerah Punah, 139 Lainnya Menyusul
BANDUNG - Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah
bahasa daerah terbanyak di dunia. Sedikitnya ada 617 bahasa daerah yang telah
teridentifikasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud).
(agp/dil/jpnn)
kunjungi juga tautan di bawah ini:
https://www.siswapelajar.com/2019/02/bahasa-daerah-yang-sudah-punah.html
Meski begitu, pelestarian bahasa daerah belum sesuai dengan
yang diharapkan, bahkan kondisinya semakin memprihatinkan. Berdasarkan data
yang dimiliki oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, ada 15 bahasa
daerah yang sudah dinyatakan punah. Sementara sebanyak 139 bahasa daerah
berstatus terancam punah.
![]() |
Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedy Mizwar, sedang menyampaikan sambutan. |
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud
Dadang Suhendar mengatakan, banyak faktor yang membuat bahasa daerah punah.
Berdasarkan hasil penelitian, salah satu penyebab punahnya bahasa daerah adalah
pernikahan antar suku.
”Contohnya suku Sunda menikah dengan suku Bugis. Kemudian (suku
Sunda) ikut ke Makassar hidup puluhan tahun, mungkin kemampuan bahasa Sundanya
berkurang,” kata dia usai menghadiri Kongres Bahasa Daerah Nusantara di Gedung
Merdeka, Kota Bandung, Selasa (2/8).
Penyebab lainnya adalah sikap dari masyarakatnya itu sendiri
terhadap bahasa daerah. Masyarakat seharusnya berupaya menuturkan bahasa daerah
yang dimiliki, meski berada di luar daerahnya. ”Paling utama adalah sikap
penutur bahasa sendiri terhadap bahasa daerah. Jadi sebagai orang Sunda, saya
bersama teman-teman asal Sunda juga masih menggunakan Bahasa Sunda meski lagi
di Jakarta,” ucapnya.
Agar bahasa daerah tetap terjaga seperti yang diamantkan
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, dia mengingatkan pemerintah agar
membina bahasa daerah supaya tidak punah. ”Banyak kita lakukan pengembangan dan
pelindungan bahasa daerah. Kan menurut undang-undang, pemda wajib membina
bahasa daerah bekerja sama dengan lembaga kebahasaan,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga telah memerintahkan 30 balai dan
kantor bahasa di seluruh Indonesia untuk mengusulkan kosa kata baru. Selain
upaya melestarikan bahasa daerah, langkah ini juga sebagai upaya memperkaya
kosakata bahasa Indonesia. ”Karena sampai saat ini dari ratusan bahasa daerah
yang telah teridentifikasi baru 201 (bahasa daerah) yang telah dikamuskan,”
katanya.
Kongres Bahasa Daerah Nusantara sendiri merupakan kegiatan
yang digelar Pemprov Jawa Barat. Agenda yang mengambil tema 'Peranan Bahasa
Daerah Nusantara dan Mengokohkan Jatidiri Bangsa'ini merupakan yang pertama
kalinya digelar di Indonesia.
Kongres inipun sebagai cara dan upaya yang dilakukan Pemprov
Jabar dalam melestarikan bahasa daerah. Terlebih, di Jabar terdapat Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara
Daerah yang harus dijalankan. Sebanyak 225 peserta hadir yang terdiri dari
pakar, sastrawan, dan mahasiswa.
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, kongres ini
sangat positif karena mengandung spirit untuk menjaga bahasa daerah sebagai
bahasa yang merepresentasikan jati diri bangsa. Deddy berharap, dengan adanya
kongres ini, menjadi modal pemerintah dalam mendokumentasikan beragam bahasa
yang ada di Indonesia, baik yang masih ada maupun yang terancam hilang.
”Kan ratusan (bahasa yang terancam punah), tadi 139 kalau
data dari Dikbud. Tapi kalau dari salah satu situs ada 169 yang terancam punah,”
ujarnya.
Selain menggelar kongres, Yayasan Budaya Rancage menganugerahkan hadiah sastra Rancage untuk sastrawan Sunda, Jawa, Bali, dan Batak, serta hadiah Hardjapamekas untuk guru bahasa Sunda tingkat SD, SMP, dan SMA.
(agp/dil/jpnn)
kunjungi juga tautan di bawah ini:
https://www.siswapelajar.com/2019/02/bahasa-daerah-yang-sudah-punah.html
Komentar
Posting Komentar