Postingan

‘Pemudik Sesungguhnya’

Gambar
ilustrasi, para pemudik memenuhi terminal bus. (Bisnis.com) Akhirnya hujan ‘mudik’ juga ke kota kami. Menyambut para pemudik sesungguhnya yang datang dari rantau, pulang ke rumah keprabon tempat mereka lahir dan tumbuh besar sebelum akhirnya menikah dan merantau. Di tanah rantau mereka bekerja membanting tulang memeras keringat. Ada di antara mereka yang pulang ke rumah keprabon , masih bertemu Ayah, Ibu, dan kerabat yang dituakan. Ada pula yang hanya bertemu cungkup makam mereka. Tentu terdapat perbedaan rasa yang meriasi suasana Lebaran antara yang masih bertemu Ayah dan Ibu dengan yang tidak lagi bertemu. Kami (saya dan istri) tidak mudik ke kampung saya di Ranau dan kampung istri di Pacitan. Alasannya itu tadi, Ayah Ibu kami sudah tinggal cungkup makamnya saja, begitu pun kerabat yang dituakan sudah pada berpulang. Semakin ke sini semakin ke sana, suasana mudik Lebaran bertambah beda. Silaturahmi telah berganti melalui jendela virtual. Tidak lagi harus pulang agar bisa berte...

Kembali ke Akar

Gambar
Idul pada kata Idulfitri makna harpiahnya kembali, sedangkan suci berarti suci, maka idulfitri adalah kembali suci. Kontekstualnya kembali kepada kesucian. Bukan suci jasadi sebagaimana bersuci dari hadas besar dan kecil, melainkan suci dalam hal batin. Di momen hari raya idulfitri, anrarkerabat atau teman saling berkirim pesan selamat hari raya idulfitri diikuti ucapan permintaan maaf "lahir dan batin" dan doa semoga senantiasa sehat dan dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun mendatang. Insha Allah, ya, kan. Kembali fitri juga dimaknai kembali ke keadaan suci sebagaimana bayi yang baru dilahirkan, belum ternoda dosa apa pun. Setelah satu bulan berpuasa menahan hawa nafsu, tidak hanya lapar dan dahaga, tapi juga puasa mengendalikan tingkah laku dan tutur kata. Kembali ke akar, seperti judul tulisan ini, maknanya mengarah ke jati diri, yaitu orang tua. Lebih luas lagi leluhur atau asal muasal trah diri. Bisa juga kampung kita berasal. Itulah yang mendorong orang yang pergi...

Harga Naik Melulu

Gambar
Pasar Tani Sebelum puasa harga sembako naik, belum sempat turun atau sengaja nggak mau turun, datang lebaran, harga kembali naik. Begitu terus. Gak hanya puasa dan lebaran saja, seturut musim harga akan naik. Musim kemarau cabai langka, harga melambung. Musim penghujan transportasi pendistribusian terhambat membuat barang langka, mengakibatkan harga naik. Jadinya, yang terjadi harga naik melulu. Cobalah ke pasar hari ini bawa uang 250K, hanya sekejap habis. Timun, tomat, cabai, sayur-sayuran hijau harganya berdenting. Satu ikat pucuk daun mete saja 5K. Karena hobi ngelalapnya, oke saja tetap dibeli. Menteri sekalipun sidak ke pasar untuk memantau dan menekan harga agar stabil, takkan begitu besar pengaruhnya. Tetap pasar itu sendiri yang akan memainkan harga. Pedagang mengikuti mekanismenya. Ramadan tiba di ujung jalan, besok ia akan pergi meninggalkan para perindunya. Takdir Allah SWT yang menentukan seseorang masih akan bertemu Ramadan tahun depan atau tidak. Berdoa, itu yang terbaik...

Tak Kenal Maka Tak

Gambar
Tanggal 25 Maret, malam beranjak meninggi, menuju pertengahan, saya sedang melanjutkan tadarus, kejar setoran bacaan di WhatsApp Grup HuManIs. Telepon berdering, terlihat di layar identitas si pemanggil dengan nama "Indonesia." Merasa tidak ada nama tersebut dalam daftar kontak alias nomor tidak dikenal, saya abaikan dan terus tadarus. Berlalu begitu saja, tidak ada urusan untuk mencari identitasnya, misalnya melalui getcontack . Gak perlu dan gak penting. Lagi pula saya tidak men- download app getcontack . Intinya "tak kenal maka tak kuangkat." Yang bersangkutan kalau memang ada keperluan untuk dikomunikasikan dengan saya, mestinya bisa mengirim pesan melalui WhatsApp . Di Grup WA PPP, ada seorang anggota tanya apakah ada yang menggunakan getcontack premium ? Loh, ternyata getcontack ada yang versi gratis dan premium (berlangganan alias berbayar), baru tahu. Kayak aplikasi lain juga. Ya, twitter atau X mengarahkan pengguna untuk mengekelik perintah agar masuk ...

Nikmati Tuslah

Gambar
Ilustrasi, pesawat Lion Air mengudara Tiket pesawat turun. Ya, karena ada campur tangan pemerintah. Di hari-hari biasa Jakarta--Lampung atau sebaliknya, ongkos naik 'kapal terbang' atau 'burung besi' itu di atas 1 juta. Kemarin, ananda pulang 'menikmati tuslah' hanya dengan membayar 800 ribu. Biasanya transportasi darat yang regulasi tarif diatur oleh pemerintah. Kali ini transportasi udara juga. Tanpa campur tangan pemerintah, perusahaan penerbangan swasta ugal-ugalan dalam 'perang tarif.' Hal itu yang membuat perusahaan penerbangan 'plat merah' Garuda nyaris bangkrut.  Garuda Indonesia pernah berjaya dengan kinerja yang bagus dan laba yang mencengangkan. Lalu, perlahan menurun hingga dinyatakan menanggung beban utang yang gak ketulungan. Berjaya dan laba itu sewaktu Dirutnya Moehammad Soeparno tahun 1988--1992. Ya, masih di era Orde Baru yang serba subsidi dan korupsi walaupun ada, tapi tidak semasif sekarang yang nggilani . Setelah di era Refo...

Tuslah Barber Shop

"Harga Kawan" adalah istilah yang (secara guyon) kerap dikatakan orang yang sudah saling kenal atau berkawan saat melakukan transaksi jual-beli barang apa pun. Istilah itu akrab di telinga secara umum karena sering dikemukakan ketika bertransaksi. Pagi ini saya dihadapkan pada istilah "tarif lebaran" ketika hendak membayar seusai potong rambut. Ternyata bukan hanya transportasi saja yang mengenal istilah "tuslah", melainkan barber shop juga ada yang mengenakan tuslah alias kenaikan tarif. Di hari-hari biasa tarif potong rambut di barber shop tempat saya potong rambut tadi adalah 20 ribu. Berkenaan dengan hari-hari menjelang Lebaran ini, tarif yang dikenakan 25 ribu, ada kenaikan 5 ribu. Masih termasuk murah. Di tempat lain pun segitu . Barber shop adalah usaha jasa yang membutuhkan bekal keterampilan. Ada yang didapat hasil belajar formal di salon, ada yang hasil belajar otodidak. Kesemuanya akan membentuk seorang tukang potong rambut memiliki keter...

Pasar Koga

Gambar
Kios penjual ayam kampung Lama gak belanja di Pasar Koga, tadi ada sedikit perubahan perwajahan di bagian los sayap utara. Pedagang yang ngampar di gang digusur, mungkin direlokasi ke bagian lain. Gang jadi tambah lebar, kendaraan roda empat bisa masuk, parkir di dalam. Bangunan kios di bagian sudut dibongkar, di area itulah mobil bisa parkir. Di gang itulah biasanya kami beli ayam kampung potong setiap hendak Idulfitri dan Iduladha. Artinya, setahun sekali atau dua kali baru balik ke sana, ya, hanya untuk beli ayam kampung itu. Di sebelah toko emas (depan kios ayam) dekat area parkir, bekas bongkaran kios itu kini dijadikan musala dilengkapi MCK dan tempat wudu. Nuansa religius dihadirkan di tengah pasar yang lumrahnya berwajah kumuh, becek, penuh sampah, jorok, dan bau amis. Musala Al-Ikhlas Saya tanya sama ibu yang jaga MCK di musala, sudah berapa lama bangunan musala itu digunakan. Dijawab olehnya sudah enam bulan. Nah, ketahuan kan kalau udah lama banget gak ke pasar itu. Persisn...