Masker dan Kondom
![]() |
ilustrasi orang mengenakan masker merah putih (foto: google) |
Beberapa kelompok peneliti kemudian memberikan bukti bahwa virus corona bisa menular melalui udara. Upaya kelompok peneliti untuk meyakinkan WHO dengan bukti bahwa virus corona dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara pun berbuah manis. WHO akhirnya mengakui, bukti-bukti yang disampaikan para peneliti tak bisa dikesampingkan.
Perubahan paradigm WHO ini akan lebih menyelaraskan protokol kesehatan. Sebelum ini WHO masih menyangkal bukti-bukti yang disampaikan para peneliti. WHO lalu mengatakan, bahwa protokol kesehatan untuk ruangan tertutup dan ramai mungkin akan diatur ulang. Hal itu juga akan memicu penggunaan masker yang lebih masif lagi dan mengetatkan aturan jaga jarak, terutama di restoran dan transportasi umum.
****
Intinya, protokol kesehatan yang paling vital untuk dilakukan adalah cuci tangan pakai sabun dan di air mengalir (air dari kran), perenggangan sosial (social distancing), menjaga jarak fisik (physical distancing), serta memakai/mengenakan masker secara masif bila keluar rumah, terutama di tempat umum seperti pasar tradisional atau mal, baik masker sekali pakai atau masker kain yang bisa dicuci dan digunakan berulang.
Bahwa ancaman virus Covid-19 ada di depan mata kita, saya rasakan di Pacitan ini. Rumah mbak kami di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan. Di depannya (hanya dipisahkan oleh jalan) adalah Kelurahan Pucangsewu. Sewaktu akan berangkat ke Jawa pertengahan Juni lalu saya unduh aplikasi pedulilindungi. Kita akan terpantau secara otomatis melalui aplikasi ini.
Bila kita berada di zona aman (hijau) atau zona berbahaya (merah), akan menerima notifikasi dari aplikasi ini. Peringatan akan dikirim berulang-ulang melalui notifikasi. Saya sampai pusing karena setiap beberapa detik hape berbunyi ‘tutit-tutit-tutit’, sehingga sering saya nonaktifkan kuota datanya. Akhirnya solusi terakhir, untuk sementara saya blokir dulu notifikasi itu. Baru aman.
****
Sewaktu Kelurahan Pucangsewu (di depan rumah) terkondisikan sebagai zona tidak aman, notifikasi beruntun masuk memperingatkan: ’Anda ada di zona tidak aman’. Tanggal 7/7/2020, Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pacitan merilis hasil uji swab terbaru dengan 5 confirm positif corona. Satu di antaranya berada tepat di belakang rumah mbak kami (Kelurahan Sidoharjo).
Sawan nggak gais…???
Kalau tadinya virus corona itu ada di pasar-pasar atau mal atau pusat kermaian yang patut kita hindari. Sekarang keberadaannya justru ada di depan atau belakang rumah kita. Serem kan kalau kita bermukim satu RT dengan orang positif corona? Hal itulah yang dialami warga permukiman padat pebduduk RW 006 dan RW 014 Grogol Utara, Jakarta Selatan. Mereka mau tidak mau (kudu gelem) memercayai virus corona benar-benar berbahaya dan mengancam jiwa.
Pasalnya, Sabtu (4/7/2020) di kedua RW tersebut dilaporkan ada 16 kasus positif Covid-19 sehingga diputuskan untuk karantina lokal. Kasus meningkat menjadi 36 orang positif atau lebih dari dua kali lipatnya per Rabu (8/7/2020). Nah, orang positif di belakang rumah mbak kami itu pun kelihatan rumahnya dari jendela dapur. Uhuhuhuuuuu... Suereeeeeme, Cok!!!
****
![]() |
ilustrasi kondom, alat standar penangkal virus HIV |
Sepertinya, kebiasaan memakai MASKER (untuk mencegah virus) di masa depan akan sama seperti memakai KONDOM (untuk mencegah HIV). Pentingnya menggunakan masker, setidaknya untuk meminimalisasi persebaran virus corona melalui udara (airborne). Yang paling dihindari adalah bersinggungan dengan orang tanpa gejala (OTG), kelihatan sehat tetapi ternyata berpotensi menyebarkan virus.
Budaya menggunakan masker di negara-negara maju seperti Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan, Filipina, bukan hal baru. Sejak 1950-an sampai sekarang, rakyat di Jepang, misalnya, biasa menggunakannya dalam keperluan apa pun karena menjadi bagian sopan santun bersama. Kondisi nggak enak badan, cuaca dingin hingga polusi udara menyebabkan orang menggunakan masker. Sehingga menjadi habit.
Bahkan masker juga bisa untuk menutupi rasa malu, terutama untuk kaum wanita, misalnya, yang bangun kesiangan dan buru-buru berangkat ke kantor atau kampus sehingga nggak sempat dandan. Bibir sensual yang belum sempat dipulas pewarna bibir akhirnya tidak akan terlihat oleh orang lain. Dengan begitu masker jadi standar penampilan (lookism) yang menyembunyikan ketidaknyamanan, atau akan membuat penampilan begitu bersahaja dan natural.
(ZY)
Komentar
Posting Komentar