Festival Krakatau ke-XXVII
![]() |
potret diri, itu captionnya |
Pemerintah Provinsi Lampung lewat Dinas Pariwisata kembali menghelat Festival Krakatau ke-27 atau didaulat dengan nama Lampung Krakatau Festival (LKF) ke- XXVII. Diluncurkan pada Jumat, 25 Agustus oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya didampingi Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo, Kepala Dinas Pariwisata Budiharto HN. Rangkaian mata acara diisi berbagai lomba, seperti fashion show, pameran industri kreatif, tour ke Gunung Anak Krakatau (GAK) yang diikuti peserta dari berbagai elemen, seperti aparatur sipil Dinas Pariwisata, kalangan jurnalis, Blogger dan lainnya.
Tour ke GAK dilepas
secara simbolis oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Budiharto HN, di
Lapangan Korpri Kantor Gubernur, pada Jumat, 25 Agustus. Sedangkan pawai budaya
dilaksanakan pada Sabtu, 26 Agustus mulai pukul 12.00 hingga selesai. Peserta pawai
perwakilan dari beberapa kabupaten dan komunitas dengan rute Lapangan Saburai, Jalan
Tulang Bawang (samping toko buku Gramedia), Jalan Raden Intan, Jalan Ahmad Yani,
Jalan Kartini, Jalan S. Parman, kembali ke Jalan Raden Intan dan Jalan Tulang
Bawang, berakhir di Lapangan Saburai.
![]() |
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberi sambutan sekaligus me-launching LKF XXVII 2017 foto: indonesiatripnews.com |
Acara tour
ke GAK tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, lantaran peserta bermalam
terlebih dahulu di Pulau Sebesi melalui Dermaga Boom Kalianda Lampung Selatan.
Rombongan tampak begitu antusias mengikuti rangkaian kegiatan. Rombongan
terdiri dari berbagai media dan juga instansi pemerintah, yakni Media Partner
Lampung, Media Jakarta, BKSDA dan Kementerian Pariwisata. Tidak hanya itu, tour
ini juga diikuti komunitas Blogger dan aktivis sosial media seperti Twitter, Fesbuk
dan Instagram. Semua peserta tampak antusias mengikuti kegiatan mendaki lereng gunung
di tengah Selat Sunda ini.
![]() |
Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo menyerahkan cindera mata kepada Menpar Arief Yahya. foto: traveltexonline.com |
Antusiasme yang
ditunjukkan para peserta sangat beralasan. Mengingat peserta kegiatan ini
sangat dibatasi dan terseleksi dengan ketat, maka bagi yang terpilih sangat beruntung
dan layak bersukacita. Terutama dari kalangan para jurnalis nasional dan media cetak/elektronik/online.
Sebab, kegiatan ini selain menambah wawasan tentang Provinsi Lampung yang
tersohor akan kopi Robusta dan segala seluk beluknya, para awak media merasa
terpanggil untuk menginformasikan keindahan dan kekayaan alam di Provinsi
Lampung, yang diibaratakan bagai serpihan Surga yang jatuh ke Bumi.
Sebelum melakukan
pendakian ke lereng GAK pada Sabtu, 26 Agustus, peserta yang singgah dan bermalam
di Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, dimanjakan dengan indahnya garis
pantai. Pulau Sebesi merupakan daratan terdekat dengan GAK yang juga menjadi
saksi meletusnya Gunung Krakatau pada 1883. Selama di Pulau Sebesi, peserta disuguhi
beberapa acara di antaranya atraksi tarian dan atraksi kendang pencak silat
khas Lampung atau disebut Kuntau (dalam bahasa Lampung). Tentunya, tidak salah
lagi, yaitu peserta bisa mencecap nikmatnya kopi Robusta.
![]() |
Gubernur Ridho Ficardo didampingi istri Afrilani Yustin menyapa masyarakat yang menonton pawai budaya. |
Kadis
Pariwisata Budiharto HN, usai melepas peserta mengatakan, kegiatan yang
merupakan event nasional tersebut, diharapkan dapat mengingat kembali peristiwa
bersejarah meletusnya Gunung Kerakatau pada 1883 dan mengangkat nama baik
pariwisata di Provinsi Lampung baik nasional maupun internasional. ”Semoga
dengan adanya peran media bisa mengangkat nama Lampung baik nasional maupun
internasional. Melalui tulisan kita dapat mengungkap tentang keindahan wisata Gunung
Anak Krakatau, sehingga menjadi media promosi dan nilai jual bagi pariwisata di
Provinsi Lampung,” ujar Budiharto HN.
Peserta
kemudian mengunjungi dan mengedukasi salah satu kawasan cagar alam laut kepulauan
Krakatau. Kepulauan Krakatau yang terdiri dari pulau Krakatau Besar (Rakata), Krakatau
Kecil (Panjang), Sertung dan Anak Krakatau seluas 2.405 hektar dikenal sebagai
kawasan cagar alam sejak ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1919 berdasarkan
keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 Sbtl 15 Januari 1925. GAK
sendiri terbentuk sejak tahun 1927. Tahun 1991, UNESCO mengakui Taman Nasional
Ujung Kulon dan cagar alam Kepulauan Krakatau sebagai Warisan Alam Dunia.
Gubernur M. Ridho Ficardo menerima kalungan bunga dari seekor Gajah Waykambas yang ikut pawai budaya. |
Krakatau Award
Krakatau
Award yang sempat menghilang beberapa tahun kembali dihelat pada 2017 ini.
Pemerintah Provinsi Lampung ’menghidupkan’ lagi penghargaan tersebut untuk
merayakan Festival Krakatau ke-XXVII pada 25-27 Agustus. Dinas Pariwisata
Lampung menggandeng Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS mengadakan lomba cipta puisi
nasional untuk memperebutkan Krakatau Award. Penghargaan teradap karya sastra
yang baik sangat diperlukan untuk mengukur sejauh mana kemajuan kesenian di
masyakarat. Karena itu, Krakatau Award dihidupkan lagi.
![]() |
Sebagian peserta tour krakatau mengeksplor dan mengabadikan cagar alam di sekitar lereng Gunung Anak Krakatau. |
Peserta lomba
cipta puisi nasional Krakatau Award, merupakan warga negara Indonesia. Tema
puisi adalah ”Pariwisata dan Seni Budaya Lampung dalam Potret Pembangunan. Puisi
menggunakan Bahasa Indonesia, merupakan karya asli, bukan saduran atau plagiarisme,
belum pernah dipublikasikan dan tidak mengandung unsur SARA. Setiap peserta
hanya boleh mengirimkan satu karya puisi, naskah diketik dengan font Tahoma 12
spasi 1,5 ukuran kertas A4, panjang puisi maksimal tiga halaman. Peserta
melengkapi biodata, nomor kontak (handphone), alamat email, identitas diri
sesuai KTP yang masih berlaku.
![]() |
Sebagian peserta tour krakatau mengabadikan saling mengabadikan (berswafoto) di lereng Gunung Anak Krakatau. |
Ketentuan
lainnya, peserta menyertakan surat pernyataan bahwa puisi yang dikirim
merupakan asli karya sendiri, bukan saduran, serta bersedia menerima sanksi
apabila ternyata puisi tidak asli karya sendiri, di lembar terpisah dari lembar
karya puisi. Lembar naskah puisi, biodata, identitas diri, dan surat pernyataan
dikirim ke: Panitia Lomba Cipta Puisi Nasional Krakatau Award 2017 melalui
alamat email: panitiakrakatauaward.2017@gmail.com.
Naskah puisi dan lain-lain diterima panitia selambat-lambatnya pada 11 Agustus
2017, pukul 00.00 WIB.
![]() |
Asisten Bidang Pemerintah dan Kesra Provinsi Lampung, Hery Suliyanto, saat secara simbolis menyerahkan hadiah kepada pemenang (juara 1) Lomba Cipta Puisi Nasional ”Krakatau Award 2017”. |
Panitia akan
menganggit surat pemberitahuan atau pengumuman para pemenang pada Senin, 14 Agustus.
Sementara penyerahan hadiah dilaksanakan bersamaan penutupan Festival Krakatau
pada Minggu, 27 Agustus. Untuk pemenang I, II, dan III akan diundang hadir pada
penyerahan hadiah dengan mendapatkan fasilitas transportasi (Jakarta – Lampung pergi-pulang)
dan akomodasi. Hadiah bagi juara I Rp3 juta + Piala + Piagam, juara II Rp2 juta
+ Piala + Piagam, juara III Rp1 juta + Piala + Piagam. Puisi pemenang bersama
47 karya nominasi diterbitkan dalam Antologi Puisi Nasional Krakatau Award 2017, yang berjudul ”HIKAYAT SECANGKIR ROBUSTA” diterbitkan Siger Publisher.
Sampai akhir
deadline lomba cipta puisi nasional, peserta yang mengirimkan naskah puisinya
sebanyak 366 dari seluruh kota atau provinsi di Tanah air, mulai dari Aceh
hingga Sulawesi. Setelah melalui penjurian oleh Isbedy Stiawan ZS, Syaiful Irba
Tanpaka dan Ari Pahala Hutabarat, ditetapkan sebagai juara I, puisi berjudul
Hikayat Buang Tondjam karya Rahmad Saleh (Bandarlampung), juara II, puisi
berjudul Pantai Mutun karya Alexander Robert Nainggolan (Tangerang), juara III,
puisi berjudul Ihwal Secangkir Negeri karya Rahmat Sudirman (Bandarlampung).
Komentar
Posting Komentar