Langsung ke konten utama

Cara Unpad Lestarikan Naskah Sunda Kuno

Naskah kuno menjadi warisan bangsa yang patut dilestarikan. Sayangnya, di tengah perkembangan zaman, keberadaan naskah kuno kian sulit dicari. Hal tersebut mendorong Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk melestarikan naskah kuno, yakni melalui indeksasi dan digitalisasi naskah kuno Sunda dengan menggandeng Université de La Rochelle, Perancis.

Unpad bekerjasama dengan Universite de La Rochelle, Prancis, dalam mendigitalisasi naskah-naskah Sunda kuno. (Foto: dok. Unpad)
Kegiatan pelestarian naskah kuno itu diinisiasi oleh Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Program Studi Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Ketua Laboratorium Robotics, Artificial Intelligence, and Digital Image Prodi S-1 Teknik Informatika Unpad, Erick Paulus, MKom mengatakan, hasil akhir dari kegiatan penelitian akan menghasilkan semacam aplikasi mesin pencari yang dapat membantu para peneliti dalam pencarian dan pendalaman naskah-naskah kuno.

”Penelitian ini dilakukan sebagai upaya pelestarian budaya Sunda. Harapannnya nanti bisa dapat pengetahuan di balik naskah-naskah itu,” ujarnya disitat dari laman Unpad, Kamis (19/5/2016).

Dia memaparkan, setelah melakukan proses digitalisasi naskah, filolog kemudian melakukan pemilahan kata, serta menerjemahkan naskah tersebut ke Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia melalui aksara latin. Aplikasi juga akan dilengkapi deskripsi mengenai naskah kuno, termasuk tahun pembuatan dan lokasi ditemukan.

”Banyak peneliti yang ingin tahu apa makna di dalam naskah kuno, ada kekayaan lokal apa di zaman itu yang mungkin saat ini bisa diterapkan. Tapi kalau mengakses ke naskah kuno secara langsung, susah,” tuturnya.

Pelestarian terhadap naskah kuno, imbuh Erick penting dilakukan karena sudah terancam kepunahan, seperti rusak termakan usia, tidak banyak yang bisa membaca naskah sunda kuno, dan sudah berhentinya penulisan naskah menggunakan tulisan sunda kuno. Menurut dia, penelitian bersama ini bermula dari program Ancient Manuscript Digitalization and Indexation (Amadi) yang telah dilakukan sejak tahun lalu. 

”Selain proses digitalisasi naskah Sunda kuno, penelitian serupa juga dilakukan terhadap naskah kuno di Bali dan Kamboja dengan juga melibatkan perguruan tinggi setempat,” tukasnya. (okezone)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Sastra Jalan-jalan

Siang baru saja melanjutkan perjalanan menuju barat, setelah istirahat sejenak di waktu zuhur, yang ditandai Matahari tepat di atas kepalanya. Tak lama sekira pukul 14:12 Kakang Paket datang mengantarkan kiriman buku dari Taman Inspirasi Sastra Indonesia. Komunitas sastra disingkat TISI pimpinan Bang Octavianus Masheka, ini baru saja usai merampungkan proses produksi dan terbitnya buku antologi “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” yang merupakan puisi bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing penulisnya. Buku-buku yang joss tenan Ada 100 orang penulis puisi dwi bahasa yang terhimpun di dalam buku bersampul merah menyala dengan gambar sampul siluet wajah Ibu yang di wajah, leher, dan dadanya dihiasi taburan wajah penulis puisi yang sengaja di- crop tertinggal bagian dada dan kepala saja. Sebelum buku “Bahasa Ibu, Bahasa Darahku” terlebih dahulu tiba di rumah buku “Zamrud” yaitu antologi puisi Dari Negeri Poci seri ke-15 yang saat datang kebetulan saya sedang tidak berada di rumah ...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...